Rabu, 10 Juni 2009

MIMPI TERINDAH

MIMPI TERINDAH Namaku Restu Anugrah. Aku sekolah di sebuah sekolah SMP yang mungkin jarang didengar orang. Gimana ngak. Skullku bukan sekolah unggulan. Skullku juga bukan tempat nongkrong anak-anak sekolah dengan bejibun prestasi. Bahkan tak jarang orang lain bilang kalau skull tempatku sekolah adalah sekolah pembuangan. Sekolah yang dihuni orang-orang yang mengalami penolakan di sekolah lain. Sekolah yang diisi wajah-wajah sangar, tolol, susah diatur dan nakal alang kepalang. Pokoknya yang bernada demikianlah. Entahlah. Gue sampai tak habis fikir dan ngak bisa membantah semua opini yang nyaris jadi fakta itu. Entah benar entah salah. Sebab menurut kacamata gue apa yang dikatakan orang itu ada benarnya. Tapi ngak benar-benar amat sih. Buktinya masih ada segelintir yang masuk kategori mahkluk baik. Saya contohnya (ups, narsis dikit ngak apakan!) Oh yah. Aku pernah baca sebuah coment dari seseorang. Dia berkata bahwa siapapun bisa punya mimpi. Bisa bercita-cita setinggi langit. Kata-kata dari orang berpengaruh itulah yang selalu menggelitik pikiranku. Kalau emang benar seperti itu berarti saya juga bisa dong. Apa benar begitu?!, gue ngak punya apa-apa yang bisa gue banggain sebagai bahan dari mimpi dan cita-citaku. Aku pecundang. Aku orang yang bodoh, ngak punya bakat dan keahlian. Disekolah misalnya. Aku bukan anak yang cerdas. Masih untung ngak hancur-hancur banget. Standar aja gitu. Namaku di sekolah disebut-sebut oleh guru hanya pada saat absent kelas dan ketika disuruh naik kedepan kelas untuk mengerjakan PR. Selebihnya ngak pernah terlebih lagi pada saat penyebutan nama bagi siswa yang berprestasi. Namaku laksana tenggelam di tujuh lautan. Akupun tak punya prestasi yang menonjol dibidang olahraga. Tidak ada. Gue ngak bisa main volley (secara fisik tinggi badan gue jatuh banget), ngak bisa sepak bola (gimana bias main. Latihannya dimana coba???), karate atau apapun (bias dikit gerakan karate itupun lihat lewat tivi). Tak jarang muncul perasaan minder sendiri bila membaca profil orang-orang sebayaku terpampang media massa. Prestasi dan kehebatan mereka diepkspos sedemikian rupa hingga membuat orang-orang sepertiku hanya menggigit jari, iri. Kapan yah foto dan identitasku juga muat di Koran misalnya. Kalau dipikir-pikir, benar ngak sih kalau aku ini emang benar seorang pecundang? Lihat aja sendiri. Disekolah ngak pintar-pintar amat, prestasi nihil, body dan wajah jauh dibawah standar. Tak ada banget yang bisa diandalin dari aku. Tak jarang kulakuin hal-hal yang lucu. Pernah suatu malam aku lakuin shalat tahajjut. Dalam doaku sehabis shalat aku curhat kepada Tuhan. Curhat yang rada-rada protes sih. Aku protes pada Tuhan kenapa sih aku seperti ini. Kayaknya aku dibeci banget gitu loh. Apa sih dosaku. Apa sih salahku. Kok sepertinya aku yang menanggung karma dari kesalahan yang ngak pernah aku lakuin. Kok aku ini tak ubahnya seorang pecundang sejati. Aku benar-benar meneteskan air mata kalau sudah curhat langsung seperti itu. Saat seperti itu aku merasakan Tuhan benar-benar ada dihadapanku. Mendengar curhatku. Menampung unek-unekku yang selama ini hanya aku pendam sendiri. Maklum. Aku ngak P-D-an musti curhat pada orang lain. Sahabatku sekalipun. Di sekolah tak jarang aku menyendiri dipojok kantin. Aku perhatiin teman-teman yang asyik bercanda dilapangan sekolah. Teman-teman yang makan dengan lahapnya dikantin mbok Darmi. Teman-teman yang sibuk dengan berbagai urusannya. Yang semuanya aku lihat dijalani dengan enjoy. Ngak ada beban gitu. Kalau sudah begitu, aku hanya bisa membayangkan diriku diposisi mereka. Kapan yah aku bisa merasakan keceriaan yang sama. Kapan juga profil siswa-siwa biasa sepertiku terpampang di halaman sebuah Koran dikotaku. Ada ngak sih awak media yang mau mengorbitkan profil orang –orang biasa yang miskin prestasi, ngak cerdas, bukan orang yang bejibun piala penghargaan. Yah profil orang biasa namun punya semangat dalam memaknai hidup secara apa adanya. Profil orang-orang yang hanya memiliki semangat survival dengan seribu kekurangannya. Kapan yah?!!!......

Tidak ada komentar: