Senin, 30 Maret 2009

CINTA DI LANTAI DISKO

“What?!” mata bulat Jennifer membelalak kaget mendengar celoteh teman-temannya. “Onde mande. Iyyo, Jenny. Ini demi kekompakan kelompok kito.” Tegas Deswita yang diiyakan oleh yang lainnya. “Aduh, kalian benar-benar udah gila yah!. Kalian pikIr pake otak deh. Mau gue simpan dimana muka ini kalau semua orang tahu Jennifer si gadis smart n cantik ikut-ikutan acara kontak jodoh segala”. Jennifer benar-benar ngak habis fakir dengan jalan pikiran Deswita, Pongky, Leni dan Yoga. Teman karibnya itu. “ya ella…. Jenni. Kita itu niatnya baik sama kamu. Secara nih ye. Biar kita kompakan. Apa……..apa kamu ngak risih kalau kami semua dah punya gandengan kamunya masih sendiri gitu??” “Iyyo, Jenni. Benar kata Leni barusan. Biar kita kompak gitu.” “Heee…. Kalian dengar yah. Soal pacar-pacaran itu ngak perlu dijadikan prestasi. MURI ngak bakalan ngasih penghargaan. Biasa aja kali!. Yang kudu dibanggain itu adalah prestasi dan karya kita. Heran deh gue. Kok bisa-bisanya punya sobat kayak kalian gini”. Sepanjang jalan lorong dari sekolah menuju angkot diisi perdebatan Jennifer dengan keempat rekannya itu. Hari itu Jennifer belum tumbang untuk dipengaruhi segera punya pacar. Masih lama kale… *** Jennifer benar-benar bingung dengan hari itu. Sepertinya dia masuk acara “hari yang aneh” kayak di TV itu. Kenapa semuanya jadi aneh. Tadi sepulang sekolah teman-temannya kebelet banget maksa Jennifer segera punya momongan eh gandengan. Pulang sekolah tadi belum sempat ngapa-ngapain bokap dah nyuruh ke ujung kompleks beliin voucher pulsa. Capek deh. Ternyata kesialan-kesialan itu belum tamat dan ngak mau jauh dari Jenni. Sampai ditempat penjualan voucher bukannya langsung dilayanin layaknya pembeli adalah ratu eh malah ditanya ini ditanya itu. Kayak selebriti aja. Pulangnya, duh mimpi apa Jennifer semalam. Sebuah sedan yang ngebut ugal-ugalan membuat genangan air kotor sukses nempel di muka dan bajunya. Brurr ………. “Hoii……kalau nyetir lihat-lihat dong. Ngak lihat apa gadis cantik gini kecipratan air kotor. Sial banget deh aku”. Tuding Jennifer dengan rasa kesal yang membuncah. Hari yang benar-benar aneh buat Jennifer. Rasanya dia malas banget sekedar keluar hari itu. Meski diluar kacenya teriak-teriak ngajakin main game kesukaannya. Ditambah lagi nyokap yang lalu lalang kayak setrikaan kepanasan didepan kamar. Hujan yang mulai turun malah membuat jennjifer larut dengan keasyikannya. Melamun deh. “Benar juga kata teman-teman. Hari gini belum punya pacar?” Jennifer jadi bengong sendiri “Tapi untuk apa juga maksain diri nyari pacar. Ungtungnya apa coba. Gue ngak mau seperti deswita. Pagi ini ceria karena jadian. Sorenya sesunggukan karena putus. Gue juga ngak mau seperti leni. Maksa-maksain diri dandan demi tampil cantik depan gebetan. Ujung-ujungnya muka makin rusak gitu. Terlebih seperti Pongky atau Yoga. Abis-abisin uang buat beliin pulsa pacar. Capeeek deehh. Tok…….tok…… Ketukan dipintu membuat lamunan Jennifer buyar. “siapa sih” ngak tahu apa gue lagi suntuk”. Gerutu Jennifer lalu bergegas membuka pintu. “sorry dory non jenni. Simbok mengganggu neh.”senyum renyah mpok maryamah malah garing dimata jenni. Dah tahu orang lagi bete eh malahmamerin giginya yang tinggal hitunga jari. “ Ada apa sih mbok. Kan aku dah bilang. Kalau lagi semedi dalam kamar jangan diganggu”. “Saya tahu, Non. Tapi ini important sekali” wih,Pembokat yang satu ini. Sok-sok English segala lagi. Udah tahu salah. Ngotot lagi!!!.payah… “Huh, cepetan deh bilang. Ada berita apa?” “Itu non. Di taman depan ditungguin sama teman-temannya”. “Siapa?” jidat Jennifer berkerut heran. Perasaan hari ini dia ngak janjjian dengan siapapun. “ Ngak tahu juga non. Yang saya tahu ada dua girls plus 2 men”. “Oh….” Ngak salah lagi. Pasti deswita, leny, yoga dan pongky. “Ya udah. Gue ganti baju dulu. Tnaks yach mbok atas infonya”. Pembokat sok modern itu masih mematung depan pintu Jennifer. Dasar pembokat mata duitan. Pasti dianya ngak bakalan pergi sebelum mulutnya disumpal dengan uang ribuan. “Pergi sana !” sungut Jennifer boring. *** Hari itu Jennifer benar-benar pasrah. Dia ikutan aja apa maunya teman-temannya itu. Percuma juga dia membantah. Aturan tak tertulis kalau satu lawan empat maka ngalah deh yang buncit. “ Pokoknya sebelum matahari tenggelam kamu harus dandan kayak kami ini”. “Iyyo, Jenni. Yang cantik, yang wangi, kayak kami-kami ini nih”. “ Ala …..untuk apa sih?, lihat deh penampilan kalian. Norak tau!kayak banji-banji jalanan aja deh”. “Ya ellah. Tak usah banyak bacot deh. Pokonya dandan. Kamu tunggu disini. Titik ”. *** Dengan menumpang sebuah taksi, malam itu Jennifer dan teman-temannya melaju ke pusat kota . Yang pasti tempatnya hangar binger. Secara nih ye. Jennifer belum pernah dugem seperti ini. Apalagi…… “Jenni, ini namanya diskotek. Malam ini ada event special yang diadain oleh pihak penyelenggara. Tahu ngak. Anak si pemilik acara ini akan memilih pacar pertamanya loh”. “Ya ampun. Jadi ini rencana kalian. Kalian piker gue ini cewek apaan?”. Jennifer benar-benar kesal dengan jalan pikiran teman-temannya. Rasanya pengen nangis dan pengen ngamuk seandainya ngak malu dilihat orang. Malam itu entah sampai jam berapa lima sekawan jingrak-jingrik mengikuti irama musik. Lalu sampai akhirnya cowok keren yang dibilang leni tadi muncul diatas panggung. Tiba-tiba suasana jadi hening. Semuanya focus kepanggung dimana berdiri sosok tampan dengan muka chubby-chubynya. Tipe Jennifer banget. “Baik teman-teman semua. Malam ini adalah malam spesialku. Malam ini untuk pertama kalinya saya akan mencari pacar”. Cowok yang mirip pemain sepakbola itu benar-benar menhipnotis Jennifer yang sok jomlo. “Tanpa intervensi siapapun gue dah putusin. Moga aja gadis pilihan saya ini belum punya gandengan.” Sesaat cowok cakep itu diam sambil melempar pandangan keseluruh pengunjung. Semua deg-degan. Termasuk deswita dan leny yang siap layanin “gugatan putus” ke pacar-pacarnya kalau pilihan itu jatuh kedia. “…….gadis pilihan saya itu adalah……..” “Rambutnya indah tergerai, memakai bandana, dengan lukisan henna ditangannya. Malam ini pilihanku jatuh kekamu gadis cantik!!”, dengan sangat jelas cowok itu menunjuk kearah Jennifer. Ngak salah lagi. Sorak-sorak pengunjung menjadi tanda resminya Jennifer melempar status jomlonya.ternyata dibalik semua keanehan itu ada sejuta kejutan yang luar biasa.

PRAHARA DI TOILET MALL

Mataku terus menatap sepasang Ikan Bitte yang lagi bercumbu di dalam topleks acar yang kusulap menjadi akuarium mungil. Sesekali mulut Ikan- Ikan kecil itu bercuap-cuap dan mengarah padaku seakan berkata, “Oii……gadis cantik! Jangan tatap gue dong. Malu deh pacaran Di intip-intip gitu!”. Ah, dasar ikan. Semua orang ngak tahu apa yang sedang membuatku puyeng tujuh keliling. Termasuk kedua ikan itu ngak tahu. Ah……aku belum bisa melupakan kejadian yang menjengkelkan tadi siang. Niatku jalan-jalan ke Mall untuk melepas semua beban malah numpuk beban baru lagi. Ngak sengaja aku liat Rivaldo keluar dari tolilet Mall. Kalau keluar dengan cewek sih mungkin rasa kesalku ngak amit-amit kayak gini. Tapi yang aku lihat dia keluar dengan bergandengan tangan dengan seorang cowok yang cakepnya minta…..ampun!. Wih, jeruk makan jeruk gitu deh. “Aduh……..Brenda. Udah deh. Jangan diambil hati. Lagian belum tentu juga Rivaldo cowok gituan”. Tak sadar Cristin sudah berdiri disampingku. Tepukan halus tangannya dipundakku membuatku kaget sesaat. “Kamu ngak lihat Rivaldo sih, Cris. Dia itu keluar dari toilet Mall sambil pegangan tangan. Mesrahhhhh banget!”. Untung saat-saat kritis seperti itu Cristin hadir memberikan pundaknya tempatku bersandar pasrah. “Udah deh. Gini aja. Gimana kalau kita selidiki Rivaldo. Kalau perlu kita libatkan tim Termehek-Mehek atau tim orang ketiga. Yach…… untuk ngebuktiin kecurigaan kamu itu. Gimana? Mau ngak?” “Apa perlu gitu?” jawab Brenda merasa ngak yakin dengan ide Cristin. “Kita coba aja dulu. Pokoknya besok kita ikutin kemanapun Rivaldo pergi. Pokoknya nih mulai dia bangun tidur sampai kembali tidur lagi. Kita terus pasang mata gitu. Gimana?” “Ihh, capek deh. Masa biar Rivaldo mau pipis aja kita pelototin juga.” “Ya ampun, Brenda. Siapa juga yang bilang gitu. Yach ngak lah. Maksud aku tadi kita tuh ikutin aktifitas Rivaldo. Dipa pergi kemana. Mau kemana dan ketemu dengan siapa aja”. “Ohh…….” Mulutku membulat membentuk huruf bundar itu. Ah memang Cristin sahabatku yang paling baik and pengertian akan kegundahan hatiku. Hari itu dengan hati sedikit lesu kami melangkah pulang ke rumah untuk menyusun strategi perang buat besok minggu. *** Panas, debu, dan keringat yang membanjir membuat niatku nyelidikin Rivaldo mulai goyah. Rasanya gue dah nyerah deh. Udah beberapa jam aku dan Cristin duduk didepan rumah Rivaldo seperti orang bodoh. “Sabar dikit kenapa she, Brenda. Bentar juga Rivaldo keluar sarang”. “Iya tapi sampai kapan? Duh…..capek banget nih. Kamu juga sih. Buru-buru kayak gini makanya pake deororanpun kelupaan. Mana panas banget. Keringat juga kayak banjir bandang nih”. Ketekku benar-benar basah saking panasnya. Hari itu andai bukan gue yang punya urusan udah sejak tadi aku cabut dari tempat menyebalkan itu. Fiuh…… Benar juga kata Cristin barusan. Pagar besi rumah Rivaldo perlahan terbuka. Rivaldo tampak makin gagah di atas motor gedenya. Rupanya cowok itu ngak sadar kalau dekat rumahnya ada dua pasang mata indah lagi membelalak mengawasi gerak-geriknya. “ Cepatan dong. Kok bengong aja. Tuh Rivaldonya dah berangkat. Tunggu apalagi. Yuk kita ikutin dia”. Cristin mengagetkan saya yang sempat bengong tak tahu harus berbuat apa. Gelagapan saya segera terbang keatas sadel motor yang dikendarai Cristin. Cukup lama juga Rivaldo mutar-mutar di ruas jalan kota Makassar . Tak lama kemudian motor gede yang dipakai Rivaldo memutar masuk ke sebuah lorong gang. Belok kanan, belok kiri, lalu lurus sebentar dan belok lagi. Lagi-lagi belok lagi. Entah berapa kali. Yang pasti seperti ular yang berkelok-kelok. Didepan sebuah rumah yang bergaya toraja motor Rivaldo berhenti. Dari jarak yang ngak begitu jauh kulihat sosok yang tempo hari aku lihat jalan bareng bersama Rivaldo di toilet Mall. Cowok yang kerennya minta ampun itu menghampiri Rivaldo. Rasanya sepasang kupingku terbakar abis melihat kedua cowok itu ngobrol dengan mesrahnya. Duh, rasanya gue ngak tahan. Apa yang aku dan Cristin lihat kemudian? Rasanya petir Dewa ZEUS udah menyambar abis aku saat itu. Dengan santainya dua mahkluk yang sama-sama cowok itu cipika-cipiki. Pengen rasanya gue remezz abis Rivaldo. Bisa-bisanya dia tinggalin cewek bahenol kayak aku hanya demi seorang cowok. Atau jangan-jangan aku selama ini hanya dijadikan topeng pelindung dengan sifatnya yang gituan? Entahlah. “Cris……….” Mulutku ngak bisa berkata apa-apa lagi. Apa yang gue lihat benar-benar menyakitkan hati. Duh rasanya tanah becek yang aku injak udah terbang berhamburan. Tubuh sintalku tiba-tiba limbung. Untung Cristin dengan cepat membopong tubuhku agar tak jatuh bedebuk di atas tanah. “Kuatkan hatimu, keraskan taimu Brenda. Pokoknya kita lihat apa sebenarnya yang terjadi. Kalau memang Rivaldo adalah cowok yang seperti yang kita duga maka kamu harus tabah putus dengan dia” “Cris, tapi kenapa harus Rivaldo?” “ Udah deh. Lihat mereka. Mereka berdua mulai berangkat tuh. Yuk kita samperin aja sekarang”. Aku dah terlanjut iffill dengan Rivaldo. Pokoknya hari ini juga aku harus ucapin good bye Rivaldo. Ternyata kamu bukan cowok yang cocok buat aku. *** Ombak sesekali memecah Pantai Losari. Tempat itu benar-benar romantis bagi sepasang kekasih yang memadu kasih. Ditempat itulah Rivaldo menghentikan motornya. Sangat jelas dimataku kalau Rivaldo menggandeng tangan cowok itu menuju sebuah warung jagung bakar yang berjejer dipinggir pantai itu. Tanpa pikir panjang lagi aku langsung datangin tempat itu. Kedatanganku yang tiba-tiba membuat Rivaldo kaget sesaat. Tapi aku ngak peduli lagi. Dimulutku sudah beribu-ribu kata yang siap aku semprotkan. “Oh…..jadi ini jawaban kamu. Kenapa selama ini kau mulai dingin kepadaku” “Dengar dulu Brenda. Kamu jangan salah paham dulu dong”. “Ngak perlu kale. Semua udah jelas. Jadi ini nih penyebab semua ini?” cowok yang berdiri disamping Rivaldo gelagapan kutatap penuh emosi. Pengen rasanya gue karate kedua cowok yang memuakkan itu. “Brenda…. Ini Simon. Sepupuku yang baru tiba dari luar negeri. Wajar dong kalau kami lepas kangen”. “Hah?! Sepupu kamu?”, aku dan Cristin masih ngak percaya dengan penjelasan Rivaldo. Iya sih. Setelah kuperhatikan lekat-lekat ada kemiripan diantara mereka. Cowok yang bernama Simon itu kulitnya sedikit lebih bening. “Benar kok Brenda. Rivaldo sepupu saya. Ngak bakalan banget kami gituan. Kami masih cowok normal kok. Lagian Rivaldo sudah cerita soal kamu ke aku. Dia cinta mati ke kamu kok. Percaya deh”. Dengan logat bahasa yang campur aduk cowok yang bernama Simon itu berusaha meyakinkan aku. Saya tak bisa berkata apa-apa lagi. Rasa malu dan senang berbaur jadi satu. Hanya tatapan mata mesrah yang bisa mengungkapkan permohonan maafku. Akhirnya Rivaldo yang kusangka terbang jauh kini kembali kuraih lagi. Terima kasih cinta.

PENGAGUM RAHASIA

PENGAGUM RAHASIA “Kamu cantik deh” Itu kalimat yang tertulis di selembar kertas yang diselip pada sekuntum Mawar. Bunga cantik itu sengaja diaruh orang didepan pintu kamarku. Entah siapa dipagi buta gini sempet-sempetnya ngirim bunga. “Mbok Tina, ini kiriman bunga dari siapa sih?”, sekuntum mawar merah itu ditaruh dalam pot mungil kristal. Bunga yang masih mekar mewangi itu sengaja kuperlihatkan kepada pembokatku. Siapa tahu aja orang kepercayaanku itu bisa memberi info orang misterius itu. “Ngak tahu juga, Non. Dari kemaren ngak ada orang yang nitip bunga ke saya. Siapa tahu mama atau papa non yang bikin kejutan?” “yah udah kalau gitu. Kirain Mbok tahu. Makasih yach. Mbok bisa lanjutin ngepelnya deh”. Bergegas kulangkahkan kaki jenjangku menuju ruang makan. Sarapan lalu cabut ke Skull. Sejak jadwal masuk sekolah dipercepat aku dan teman-teman yang lain terpaksa berangkat lebih pagi. Repot juga sih. Tapi mau gimana lagi. Ini aturan yang ngak bisa aku bantah seenak udel aku aja. *** Pengagum rahasia itu tak henti-hentinya bikin kejutan demi kejutan yang sungguh gokil dan ngak ada matinya. Siapa sih dia? Kok aku ngak bisa menebak karakter dan identitas orang itu. Bayangin aja. Kadang orangnya jadi romantis banget. Mirip orang perancis gitu. Tak kalah hebat dengan udah Faisal di senetron Suami-Suami Takut Istri. Sempat aku curiga pada Rioko. Anak baru keturunan Jepan yang menurut fealing aku sedang ada hati pada saya. Tapi ngak mungkin juga dia pelakunya. Dia anaknya ngak romantis. Orangnya kaku dan lebih intelek gitu. Atau mungkin si Topan? Raja puisi yang selalu juara dalam event-event sastra. Tapi ngak mungkin juga si Topan. Saking romantisnya dia maka kesan intelek ngak ada. Padahal belakangan ini aku sering mendapat kiriman sms dari nomor yang aku ngak kenal dengan kata-kata yang berbobot dan rada-rada intelek. Ehemm, jadi bingung juga mikirnya. “Hoi, melamun aja nih. Nanti kesambet Jin Jomloh loh!”, jentikan jemari Rianty membuatku kagok dan gelagapan. “Huh, ngagetin orang aja sih kamu. Iya nih. Aku terus kepikiran dengan orang misterius itu. Aneh banget gitu loh” “Aneh gimana? Seaneh apa sih?!”, bulatan-bulatan Bakso yang ada dibangkuk Mie tak jadi lolos masuk kedalam mulut Rianty. Rupanya cewek cantik yang setia menjadi sahabatku itu penasaran jua dengan pengalaman aneh yang aku alamin. “Tadi pagi aku dapat kiriman bunga dari seseorang tanpa nama pengirimnya. Kemarin aku dapat kiriman coklat lagi-lagi tanpa nama. Nah sekarang aku di teror dengan sms-sms yang bernada memuja dengan bahasa kelas professor. Dan aku yakin banget kalau pelaku dari semua ini adalah orang yang sama”. “ Kok kamunya bisa yakin kalau orang yang sama?” “Gimana ngak yakin. Coba kamu pikir sendiri deh. Setiap orang itu bikin kejutan baru pasti dianya selalu bertanya. Gimana kesan aku dengan ulah sebelumnya. Menurut kamu nih siapa yang patut aku curigai?”. Baru kali ini aku dibuat kelimpungan dengan orang yang tidak aku kenal. Secara nih yee. Diskull aku dikenal sebagai “detektif dadakan”, tak jarang pula aku dijuluki “ elza syarif masa depan” karena kelihaian aku bercuap-cuap dalam mengungkap fakta. “Kamu ada curiga sama seseorang ngak?”, Tanya Rianty balik. “Hem, gimana yach. Cuman aku ngak yakin juga sih 1000 %. Bisa aja Rioko, Topan, Jaka, prabu atau yang lainnya. Mereka punya peluang melakukan itu”. “Iya juga sih. Kalau menyimak ceritamu dari awal tadi memang mereka ngak punya alasan yang kuat. Ngak ada yang bisa romantis sekaligus intelek dan juga alim” “Atau mungkin……..” Dentang tanda masuk kelas terdengar berbunyi. Pembicaraanku dengan Rianty terpaksa di pending dulu. Satu yang pasti adalah pelajaran terakhir ini pasti ngak ada yang nyagkut di kepalaku. Pikiranku hanya fokus dengan pengagum rahaia itu. Siapa sih kamu?..... *** Aneh bin ajaib. Sejak pemuja rahasia itu terus mengirimkan signal-signal cintanya, kehidupanku terasa bergairah. Kadang aku sendiri ngak habis pikir. Kok bisa yach. Ngak pernah aku jatuh cinta pada seorang cowok yang efeknya ruarrr biasa seperti ini. Nafsu makan bertambah Tidur jadi nyenyak, pengen selalu dandan dan bahkan jadi artis dadakan kamar mandi. Dan yang mengagumkan aku makin semangat kesekolah. Hari minggu, kuhabiskan waktuku bercengkerama dengan bunga-bunga yang tumbuh di halaman rumah. Jujur sih aku jarang bersua dengan tanaman cantik itu. Selama ini hanya Budy, tukang kebun keluargaku yang merawat mereka. Tapi pagi itu, aku belum juga melihat Budy di taman. Biasanya jam segini cowok hitam manis itu pasti lagi menyiram bunga. Saya dah nyari-nyari keberadaannya. Bahkan seluruh taman yang ngak begitu luas dah aku sisir tapi ngak juga ketemu. Iya sih. Budy orangnya dikit pemalu. Ketemu pandang dengan aku aja pasti tertunduk malu. Seperti putrid maslu gitu. Tapi orangnya asyik diajak ngobrol kok. Dia sopan dan ngak malu-maluin di ajak ketempat arisan. Tiba-tiba aku merasa ada kekuatan magis yang menuntun langkahku menuju pojok taman. Benar saja. Budy ada disana. Dibawah pohon palm Budy sedang jongkok membelakangi saya. Dengan rasa penasaran aku terus perhatikan kelakuan Budy. Sedang apa dia. Rupanya Budy sedang asyik dengan Ponsel ditangannya. Sempat pula aku lihat sekuntum bunga melati disampingnya. Kring……kring….kring…….. Nada sms yang tiba-tiba bunyi di kantong bajuku membuatku kaget. Dan ternyata suara itu membuat Budy tak kalah kagetnya dengan aku. Untuk menutupi rasa maluku karena ketahuan mengintip kualihkan dengan pura-pura membuka pesan sms Kamu makin cantik ditengah-tengah lautan bunga……… Aku terpana! Aku melongo tak percaya! Pengagum rahasia itu adalah………….Budi!!!!