Sabtu, 09 Mei 2009

VACATION MY SCHOOL “… Liburan bareng SMP Tunas bangsa…” Begitu bunyi pengumuman yang ditempelin Bapak kepala Sekolah di papan informasi. Bisa ditebak Aura and the gank menyambut very-very heppy pengumuman kayak ginian. Aura and the gank sekarang harap-harap cemas kapan gerangan rapat liburan itu mulai diadain. Biasanya sih Bapak kepala sekolah juga melibatkan siswa-siswanya dalam rapat. Minimal para siswa bisa ngajuin usul tempat dan waktu liburan yang kira-kira pas. Dipikiran Aura dan pasti di pikiran teman-temannya yang lain sudah bermunculan kandidat-kandidat tempat liburan yang nantinya akan mereka usulin. Aula SMP TUNAS BANGSA MAKASSAR emang luas dan lapang. Tempat itu bisa menampung banyak siswa yang skull di tempat itu. Aula yang sering dijadiin tempat rapat massal itu sekarang sesak oleh wajah-wajah cap liburan. Biasalah remaja masa kini. Apapun yang berbau liburan pasti disambut dengan sepenuh hati. Lain halnya kalau mereka dikumpul di aula itu buat dengar penyuluhan atau nasehat. Wih, pasti wajah-wajah mereka ngak sesegar ini. Palingan yang hadir adalah perwakilan kelas. Itupun dengan sedikit “gertakan” dari pihak guru. “Okey, anak-anak. Sekarang kalian bisa usulin tujuan wisata kita kali ini”. Terdengar suara Bapak kepala sekolah penuh wibawa. Cukup banyak ternyata yang mengacungkan tangan tanda pengen memberi usul. Tak ketinggalan Aura and the gank yang duduk di barisan paling depan. Siap tempur banget kayaknya. “Yang dipojok sana. Usulan kamu apa”, tunjuk beliau pada seorang siswa. “Gimana kalau kita ke Bantimurung aja. Pak. Kebetulan banget neh aku mau nambahin koleksi foto-foto kupu-kupuku”. Rio si kacamata minus itu emang dikenal sebagai cowok kupu-kupu. Bukan cupu loh. Saking ngefansnya dia ama makhluk bersayap yang dulunya buruk rupa itu (ulat gitu loh) maka semua aksesorinya bernuansa kupu-kupu. “Bosen, ah!. Masa ke Bantimurung lagi. Tahun kemarinkan udah. Cari yang lain dong!”, sahut yang lain ngak setuju. “Prapanca. Kamu ada saran ngak?”. Pak kepala sekolah meminta saran pada Prapanca yang lagi asyik dengan blackberrynya. “Kalau menurut gue kenapa kita ngak ke pulau bali aja. Masa bule-bule udah pada ribut muji-muji pulau bali kita yang orang lokal injak aja ngak!” “Huu……emang duit dari Hongkong!. Ke pulau dewata kudu modal gede, Men!”. Lagi-lagi usulan yang masuk mendapat tolakan dari yang lainnya. Sebenarnya banyak banget yang pengen ajuin usul mengenai tempat wisata sekolah nanti. Termasuk Aura yang tangannya udah kesemutan. Capek juga mengacungkan tangan tinggi-tinggi belum ditunjuk-tunjuk juga. Capek deh…. Akhirnya dewi Fortuna nyamperin Aura juga. Kali ini telunjuk Bapak kepala sekolah mengarah padanya. Itu artinya kesempatan buat mulut Aura bercuap-cuap. Dah gatal banget sih sejak tadi pengen ngomong. “Okey, Aura. Mungkin kamu ada usul yang lebih keren, menarik, dan ngak bikin kantong kita bolong?”, gini nih gaya Pak kepala sekolah yang selalu fangky n gaul ama anak didiknya yang membuat Aura dan yang lainnya merasa nyaman. Beliau selalu sopan namun tetap berwibawah. Aura and the gank suka gaya beliau. “Aku ada usul nih, Pak. Pasti teman-teman yang lain ngak bakalan nolak lagi” “Apaan tuh?, cepetan bilang. Teman-teman kamu ngak sabaran lagi tuh. Dan tentunya Bapak juga ngak sabaran. Waktu pelajaran bentar lagi masuk. Cepetan ngomongnya!” “Gimana kalau liburan sekolah nanti kita ke Desa Balassuka!”. Ucap Aura mantap sambil menatap seluruh teman-temannya. Suara berisik tiba-tiba hilang menjadi senyap. Rupanya teman-teman Aura benar-benar penasaran. Ada apa dengan Desa Balassuka yach? “Nenek gue bilang kalau sekarang di Desa Balassuka lagi musim panen padi. Nah di sana kita bisa main Lumpur sepuasnya, nangkapin belut-belut sawah, bantuin petani panen padinya, disana juga ada bukit yang indah banget. Ada juga air terjun yang eksotik banget. Di jamin deh pesona Pulau Bali akan kalah telak!” dengan semangat 2009 Aura terus ngomporin teman-temannya untuk menerima usulnya itu. Akhirnya hari itu dengan suara bulat mereka sepakat liburan sekolah kali ini adalah Desa Balassuka. Tempat yang indah, ngak jauh-jauh amat dan ngak bikin kantong orangtua jadi tekor dan berlubang. Lagian mereka ngak pernah merasakan pesona pedesaan yang sebenarnya. Sekarang mereka makin penasaran. Gimana sih Desa Balassuka itu? Yang pasti ngak lama lagi desa itu akan kedatangan tamu-tamu cilik. Tunggu aja tanggal mainnya.

Minggu, 03 Mei 2009

HATI EMAS KASIH

HATI EMAS KASIH Hari ini keputusan itu udah bulat buat Kasih. Apapun resikonya rahasia yang selama ini dia simpan musti dia buka. Kasih sadar cepat atau lambat rahasia itu pasti bocor ke teman-temannya yang selalu nanya Nyokap Kasih sebenarnya ada dimana. Mengapa setiap mereka kerumah kasih yang ada cumin bokap kasih dan pembokatnya. “Teman-teman. Hari ini aku mau ngajakin kalian ke suatu tempat”. Dengan suara yang mantap meski masih terkesan sangat berat akhirnya Kasih mengajak teman-temannya. “Dalam rangka apa nih, Kas? Tumben banget gitu loh!” “Iya nih, Kas. Kami kudu tahu dong kamu ngajakin kami-kami kemana. Iya ngak teman-teman?”, semua teman-teman kasih diruangan kelas itu sangat antusias mendengar ketua kelas mereka mengajak kesuatu tempat. Tentu tempat yang spesial buat kasih. “Yang pastinya gue mau ngajak kalian ke suatu tempat. Tempat yang bisa menjawab rasa penasaran kalian selama ini”. “Soal do’i kamu yach?” celutuk seorang rekan kasih menggoda. “Bukan!” “Lalu apaan dong Kasih. Ayolah. Jangan bikin aku penasaran kayak gini. Kamu tahukan penyakit aku kalau lagi penasaran. Sakit perut tau!” “Simpan dulu rasa penasaranmu, Reinata. Pokoknya bubaran sekolah kita ngumpul di aula sekolah. Bagi yang mau ikut aja!”. Kasih menutup pengumumannya. Bersamaan dengan itu Bell sekolah berbunyi nyaring tanda pelajaran terakhir hari itu telah masuk. Sebenarnya dalam hari kasih masih berkecamuk kebimbangan. Sanggupkah dia menjalanin hari-harinya pasca moment ini? Apakah teman-temannya nanti tetap menganggapnya sebagai kasih seperti yang sekarang ini?. Namun Kasih adalah gadis yang tegar dan kuat. Apapun resikonya Kasih siap menanggung semuanya. Apapun itu. *** Bubaran sekolah Kasih dan teman-temanya langsung menuju Angkot yang tak jauh dari halaman sekolah mereka. Hari itu, lumayan banyak teman-teman Kasih yang ternyata ikutan. Rasa penasaran dihati mereka membuat mereka rela berdesak-desakan di atas angkot yang panasnya ngak ketulungan itu. Makassar emang kota panas sih. Cukup lama juga mereka di plonco di atas Angkot itu. Mana sopirnya yang ugal-ugalan. Udah berimpit-impit panas lagi. Tapi semua pengorbanan itu pasti setimpal dengan apa yang akan mereka dapatkan nanti. Akhirnya Angkot yang membawa mereka berhenti di depan sebuah rumah sakit. Banyak teman-teman Kasih masih bertanya-tanya dalam hati. Mengapa mereka berhenti di depan rumah sakit itu. Depan Mall kek. Depan supermarket kek. Atau apun yang penting heppy. Atau mungkin aja mereka kebetulan turun ditempat itu lalu melanjutkan perjalanan lagi. Entahlah hanya kasih yang tahu. “Teman-teman semua. Bentar lagi kita akan bertemu dengan seseorang”. “Di dalam gedung putih inikah?”, Tanya seorang teman Kasih membelalak kaget. Inikan rumah sakit jiwa yang kesohor di delapan penjuru angin. Untuk apa juga Kasih membawa mereka ke tempat ini. Di bilang nyantai bukan. Dibilang kunjungan amal bukan. Ngak mungkin banget bokap kasih ngantor disini. Bokap kasih bukan dokter. Bokap kasih tuh pengusaha kaya. Lalu yang ada di dalam siapa dong? “Ikutin aja kemana langkah sol sepatuku. Kalian ngak bakalan tersesat ke gurun sahara kok!” Kasih terus berjalan di koridor rumah sakit itu. Di lantai dua Kasih dengan mantap menuju ke salah satu ruang perawatan pasien. Tempat itu lumayan elok dibanding kamar lain. Ruangan itu disulap menjadi kamar dengan nuansa bunga-bunga indah. Jauh banget dari kesan angker rumah sakit jiwa. Semua itu pesanan dari penghuninya. Teman-teman Kasih hanya terpaku di depan ruangan itu. Seperti mendengar komando mereka semua berhenti di depan tempat itu. Mereka hanya bias menatap penuh heran melihat Kasih tanpa sungkam berpelukan dengan seorang perempuan muda. Lebih kagetnya lagi perempuan yang dipeluk Kasih itu mirip banget dengan face Kasih yang cantik dan imut. Apakah dia……….nyokapnya kasih??. “Mama………” Resty, Yoga, Prasetyo, Reinata dan teman-teman Kasih yang lain makin kaget mendengar Kasih memanggil wanita itu dengan kata Mama. Apalagi mereka berpelukan seakan lama ngak pernah jumpa. Kangen banget tampaknya. “Inilah jawaban dari rasa penasaran kalian selama ini. Siapa Nyokapku, dimana dia, semuanya udah terjawabkan. Inilah wanita yang melahirkan saya teman-teman!” Tanpa kelihatan canggung lagi Kasih mengenalkan nyokapnya kepada teman-temannya itu. Nyokap Kasih udah beberapa tahun ini menjadi pasien tetap rumah sakit. Jiwa Nyokap Kasih terganggu ketika umur Kasih masih belasan tahun. “Inilah mamaku teman-teman. Mama luar biasa bagiku meski dinding rumah sakit ini memisahkan kami entah sampai kapan”, bergetar suara kasih menahan haru dihatinya. Suasana saat itu sungguh mengharukan hati. Kasih terus memeluk mamanya yang meneteskan air mata tanpa espresi yang bisa terbaca orang. Tapi siapapun tahu cinta itulah yang membuat hati Mama kasih tetap terharu meski jiwanya tidaklah utuh seperti dulu. Sekarang teman-teman kasih makin yakin kalau ketua kelas mereka adalah gadis berhati emas.