Jumat, 12 Desember 2008
ELEGI SANG DUTA
RAINBOW’S LOVE
Rabu, 26 November 2008
WELAS SI PUTRI LOTONG
Rabu, 30 Juli 2008
KEKALUTAN HATI WANDA
KEKALUTAN HATI WANDA
Sore itu, kusaksikan kembali Rico yang hanya menatap kosong ke tengah laut. Debur ombak pantai yang berpasir putih ternyata tak cukup mampu memikat gairah remajanya. Ceria, berlarian di hamparan pasir, atau menggoda keong-keong yang kebetulan nyasar di atas pantai.semua kebiasaan gokil itu tak dilakukannya kini. Yach , Rico Mocacino. Nama yang se unik orangnya. Selalu ngangenin, ngak bosanin seperti kegilaanku pada minuman mocacino.
“Rico, kenapa kau diam saja? ada apa?ngomong dong. Sariawan yach” Kucoba memecah kesunyian yang tiba-tiba nongol diantara kami dengan canda ringan. Sekilas, mata elangnya hanya menatap sesaat lalu kembali asyik dalam lamunannya.sepertinya dia ngak sadar kalau disampingnya duduk seorang gadis cantik laksana bidadari yang habis mandi disungai. Percik-percik air sesekali membasah di wajahnya. Membasah diwajahku. Membasah rumah-rumahan kecil yang ada dibibir pantai. Setiap batu-batu kecil di tangannya di sentil dengan kuat.
“Kau ngak bakal mengerti, Wanda.” Jawabnya sengau. Nyaris tak terdengar (mirip iklan produk otomotif) andai antena telingahku ngak kupasang baik-baik.
“Gimana aku bisa mengerti. Kamu ngomong aja ngak.”
“Gue rasa ngak perlu. Lagian ngak ada urusannya ama kamu.”
“Ada Ric. Kita teman, kita sahabat. Kalau Cuma bahagianya aja yang kau bagi itu namanya ngak adil. Sesekali kau juga perlu membagi kekalutan itu dong.” Jawabku kembali lirih. Dikit berdiplomasi.. Aku takut setiap depa kataku membuatnya tersinggung. Emang susah susah ngomong dengan cowok yang sok cool kayak gini. Padahal aslinya hot banget.
Kulihat cowok yang tinggi 170 cm itu menarik nafas berat. Hembusan nafasnya terasa hangat diwajahku. Aroma mint dari permen yang tadi kusodorkan tercium sampai ke lubang hidungku. Wangi dan hangat. Membuat bulu-bulu hidungku merinding dan nyaris rontok. Saya heran. Entah mengapa tiba-tiba rasa aneh itu kembali muncul di hatiku. Tak sekedar perasaan kepada teman. Tak sekedar getar biola tak berdawai. Apakah ini namanya cinta yang berawal dari persahabatan? inikah cinta yang selama ini tak ingin kuselami? Apakah panah cinta dewa cukup nyasar pada kami?. Yach, saya dah berjanji pada diriku. Tak akan mengenal rasa cinta sebelum semua teman-teman se gank ku yang lain merasakan pahitnya diputusin oleh pacarnya. Ah , ngak mungkin. Ngak mungkin banget aku bisa serapuh ini.saya belum percaya ini namanya cinta pada pandangan pertama.
“Wanda, aku bimbang antara menerima cinta Laura atau tidak.” Penuturan Rico itu sontak membuatku kaget. Mata bulatku membelalak. Mulutku menganga. Rambutku berdiri tegang. Nasaku sesaat hilang. Dan darahku berhenti mengalir untuk sesaat. Sungguh, Espresi yang tak bisa kusembunyikan meski di skull aku dijuluki “miss acting”. Betapa tidak. Laura adalah adik sepupuku. Dia sepupu jauh sih. Mamanya papanya neneknya bersaudara dengan papanya mamanya nenekku Dia skull di sekolah yang beda dengan aku. Dia kenal Rico karena jasaku sebagai mak comlang. Dan jujur aja akulah yang paling semangat menjodoh-jodohkan Rico dan Laura waktu itu. Ngak kalah semangat dengan program kontak jodoh yang ada di TV swasta itu. Sampai akhirnya cinta itu benar-benar tumbuh di hati Laura. Entah kalau rasa serupa juga tumbuh di hati rico. Itu artinya…..ah, saya ngak bisa membayangkan semua itu. Saya belum mau mati muda. Gue belum nikah. Gue masih terlalu muda untuk mati. Betapa banyak cowok-cowok yang akan jadi bujangan tua kalau aku berlalu begitu cepat (bukankah perbandingan cewek dengan cowok 5:1). Apalagi mati karena cinta. Bukan gue banget.
“Kenapa bimbang? apa Laura kurang cantik?.” Pancingku sedikit was-was. Aku harus akui kalau sepupu jauhku itu memang cantik. Dia ngak kalah cantik dengan Dayana mendosa. Miss universe 2008 yang baru aja merebut mahkota kontes kecantikan sedunia itu. Dan saya harus jantan mengakui andai waktu pemilihan putri Indonesia kemarin usia Laura dah masuk 17 tahun maka bukan putri raemawasti yang mewakili Indonesia. Tetapi Laura. Yach, Laura.sepupuku yang cantik itu.
“Ngak kok. Bahkan aku harus akui kecantikan Laura benar-benar nyaris sempurna. Tapi hatiku telah tercuri oleh sosok yang lain.” Jawabnya mantap.
Entahlah. Perasaanku campur aduk. Serba salah. Hati Rico kepincut benaran aja ama Laura telah membuatku kesal. Terlebih sekarang. Ada nama lain yang bercokol dihati cowok tampan itu. Siapa wanita yang dia maksud? lebih cantik dari Laurakah? Bukankah Rico sendiri bilang kalau kecantikan Laura nyaris sempurna?. Pertanyaan-pertanyaan itu terus berputar di alam imajiku. Semua cewek di sekolah yang kucurigai ada hati ama Rico tak ada yang memenuhi kategori. Lalu siapa? Apakah Rico punya cewek lain diluar sana? Maksud saya diluar daerah atau diluar negeri sekalipun. Yang pasti bukan diluar angkasa. Itu mah Alien namanya. Kalau memang iya, kenapa Rico ngak pernah cerita ama aku. Aku kenal Rico dah cukup lama.aku kenbal dia luar dalam. Atas bawah. Depan belakang.bukan berarti aku tukang intip saat dia mandi. Ngak seperti itu. Yang pasti Pastilah dia akan selalu cerita padaku setiap dia punya cerita. Tapi kali ini tidak.
Lama kami tenggelam dalam dunia angan masing-masing. Waktu terus berlari. Sunset di pantai memancarkan sinar tembaganya memantul indah di atas air yang beriak. Segera kami pulang tanpa pernah bicara lagi. Sore itu kecamuk batinku terus bergolak laksana ombak yang terus memecah pantai.
Siapa wanita itu?
Dari mana asalnya?
Suku apa dia?
Sehebat apa “baca-bacanya”?
Apakah ini pertanda aku punya saingan baru?
Ohhhh.
Sabtu, 07 Juni 2008
DIARY MONA
Jumat, 06 Juni 2008
Nining si gadis tionhoa
“Nining…..”.
Aku tersentak dari tidurku. Keningku basah oleh keringat yang terus mengalir. Detak jantungku masih dag-dig-dug seperti gempa tsunami yang pernah menimpa Aceh. Rupanya saya mimpi buruk lagi. Aku tak tahu. Apa makna mimpiku barusan. Saya yakin zodiak, kartu tarot dan penerawangan mama lorenz tak bisa mengartikan mimpiku itu. Dalam mimpi itu saya kembali melihat gadis tionhoa. Dan anehnya dia selalu datang dalam mimpiku. Berulang-ulang dengan alur cerita yang bersambung. Mirip banget dengan sinetron berseri.
Kunyalakan kipas yang ada didalam kamar berharap rasa gerahku bisa berkurang. Sebagai teman duduk, kuseduh secangkir kopi susu hangat. Ah,……..pikiranku belum bisa lepas dari bayang-bayang mimpi itu. Siapa Nining? Dalam kehidupan nyata saya ngak pernah bertemu dengan sosok itu. Anehnya, dalam mimpi itu kami begitu dekat. Seperti sepasang perangko dan amplopnya gitu. Lengket banget.
“Kring…..kring…….”
suara hape membuyarkan lamunanku. Kulirik layer hape ternyata adan nama Cimot disana lagi memanggil. “ ada apa pula dengan preman kacangan itu nelpon gue malam-malam?” gumanku kesal. Sobatku yang satu ini memang tahunya hanya bikin pusing tujuh keliling saja. Tak kenal waktu, tak kenal sikon kalau penyakitnya kumat pasti nelpon keaku.
“Halo…….”
“Halo, Justine. Tumben loh belum tidur?” jawab suara diseberang sana. Suara musik rock yang teramat keras makin membuktikan siapa dia. Manusia erro masa kini!!
“Gimana gue bisa tidur. Dering hapeku seperti suara pesawat adam air yang lagi jatuh. Ada apa loh nelpon gue malam-malam gini? Menganggu tahu!!” jawabku gusar dengan espresi maksimal. Seakan-akan memarahi cimot yang ada didepanku.
“Iseng aja,Bro. Ngak bisa tidur nih”
“Salah kamu sendiri. Btw, gue pengen cerita nih. Mimpi tu datang lagi”
“soal Nining lagi?” volume suara Cimot terdengar menciut dikupingku. Rupanya cerita soal mimpi bersambungku membuatnya sangat penasaran.
“ya iyyalah. Masa ya iyya dong!!. Tapi cerita lengkapnya besok saja lah. Ngantuk nih!” buru-buru kumatikan hapeku. Entah jam berapa baru mataku bisa kembali terpejam rapat. Akankah nining kembali datang dama mimpiku?…….
****
Mata kami berdua terpaku menatap rumah megah yang ada didepan mata. Besar, luas dengan gaya masa kini. Suasana rumah tampak sepi. Hanya ada mobil mewah yang lagi tidur digarasi. Rumah ini pas seperti alamat yang diberikan nining dalam mimpiku itu. Sedikit ragu juga sih. Apalagi kalau aku ingat itu Cuma dalam mimpi doing.
“Cari siapa yach?” tegur seorang ibu muda yang tiba-tiba ada didekat kami berdua. Dengan jantung yang masih gemetar kujawab pertanyaan itu” maaf, apa benar ini rumah keluarga nining?”
“Iya.benar. saya ibundanya nining. Yuk, ngobrolnya dilanjutin didalam aja. Ngak enak ngobrol di jalan” ibu muda yang rupanya mama nining itu mengajak kami masuk. Wah, ternyata interior di dalam lebih mewah lagi. Sayang, suasananya sepi banget. Ngak semeriah kamar kostku. Heheheh. Obrolan kami terus berlanjut. Tanya ini Tanya itu dan terlebih bagaimana kami bisa kenal dengan anaknya.nining. “kalau boleh tahu niningnya kemana tante? Kok sore gini dianya belum ada dirumah?” tanyaku kemudian. Kulihat perubahan mimic diwajah ibu nining. Disana menggelantung mendung kelabu. Duka!!
“ Hari ini 40 hari nining telah meninggalkan kami” jawabnya terdengar parau. Jawaban itu tentu saja membuat kami berdua terlonjak kaget. Ngak mungkin.pikirku sambil menatap heran pada cimot yang mulutnya lagi full kapasity.
“Tunggu dulu yach dik. Sesuai dengan pesan terakhir nining, amplop yang dia berikan boleh kami buka setelah 40 hari kepergiannya” mama nining bergegas masuk kedalam kamar. Tak lama ibu muda itu kembali duduk bersama kami dengan selembar amplop ditangannya. “coba kita buka bersama. Apa isinya” dengan seribu tanda Tanya amplot itu kami buka. Dan isi didalamnya membuat kami kembali terkaget-kaget. Terlebih aku. Di dalam amplot itu ada tiga lembar fotoku. Perasaan saya tak pernah memberikan foto pada siapapun. Terlebih nining si gadis mimpiku itu. Tapi kok????……..
“ itu foto yang aku save di frendster aku tante. Rupanya frends misterius yang pernah menyapaku di dunia maya itu adalah nining”
Sore itu, kami menyimak cerita mama nining. Rupanya nining sempat dirawat beberapa hari dirumah sakit sebelum kanker darah merenggut nyawanya. Nining si putri tunggal itu telah pergi. Pergi untuk selamanya. Ah,……. Entah mengapa aku merasa begitu dekat dengan ninig. Seakan-akan dia duduk bersama kami disini. Apakah nining cinta pertamaku???