Rabu, 29 April 2009

KELABU HATI PRISCA

KELABU HATI PRISCA Prisca belum bisa keluar dari kamarnya. Kecuali kalau penting banget atau lagi kebelet pipis. Selain dari itu bisa di pastikan Prisca pasti dalam kamar aja. Mata Prisca masih sembab. Entah udah berapa cc air mata Prisca terbuang sejak kemarin. Yach sejak kejadian yang merubah 180% kehidupan Prisca saat ini. Prisca sungguh menyesal bila mengingat kejadian memilukan itu. Andai saja hari itu dirinya ngak ngambek ama Fariz. Andai saja hari itu dia ngak ketulungan egoisnya. Andai saja hari itu dia ngertiin kondisi Fariz yang lagi sakit. Dan sekeranjang kata andai lagi yang menari-nari di kepalanya. Lagi-lagi kalau mengingat itu semua air mata Prisca pasti menetes lagi. Sedih dan menyesal banget. “Prisca, bukain mamamu pintu dong, Sayang” suara Mama Prisca terdengar dibalik pintu kamar. “Ada apa sih ma?! Prisca lagi ngantuk neh….” “Bentar aja sayang. Mama mau bicara” “Bentar, Ma…..” dengan rasa malas Prisca akhirnya membuka pintu kamarnya. “udahlah sayang. Kamu jangan sedih gitu dong. Ini udah takdir Fariz. Ini bukan salah kamu kok” bujuk mama pada prisca. Biarpun begitu rasa penyesalan yang Prisca rasakan masih segede gunung himalaya. Untunglah mamanya yang begitu saying padanya terus memberi semangat dan kekuatan cinta seorang mama. “Tapi, Mama. Semua ini karena Prisca. Prisca yang salah Ma……” lagi-lagi tangis Prisca kembali pecah seperti pajangan keramik yang jatuh dari buvet. Rasa bersalah itulah yang terus memburu Prisca. Makin cepat dia berlari rasanya perasaan bersalah itu berlari lima kali lebih cepat mengejarnya. Duh, kasihan banget Prisca. *** “Jemput gue dong, yang…………” “ngak bisa, Say. Aku lagi ngak enak badan nih” suara lemah Fariz di balik telpon emang terdengar pias. Tapi prisca ngak peduli. “Alla…..bilang aja ngak mau nganterin aku!” rungut prisca kesal. “Benaran honey. Aku lagi sakit neh” “Ngak peduli!!. Kalau kamu ngak datang dalam sepuluh menit kita putus. P-U-T-U-S!!” Tanpa memberi kesempatan pada Fariz, Prisca langsung matiin hapenya. Pokoknya hari itu Prisca mau ngak mau harus hadir ditempat audisi sebelum di tutup panitia lomba. Bagi Prisca ini adalah kesempatan emasnya menjajal kemampuan nyanyinya. Dari pada mubazzir dikamar mandi aja mendingan disalurin pada tempatnya. Makanya kenapa Prisca begitu ngotot pengen ketempat audisi itu hari ini juga. Ngak bias ditawar-tawar lagi. Satu menit berlalu. HP buatan Negeri Ginseng milik prisca belum juga berbunyi. Dia mulai kesal ama Fariz yang ternyata ngak datang-datang juga. Ternyata Fariz bagi Prisca adalah pacar yang ngak pengertian. Pacar yang ngak punya perasaan. Dia bukan tipe orang yang bisa mensupport cita-cita kekasihnya. Dia pacar yang payah. Hari itu Prisca betul-betul garing dibuatnya. Te….re…..ge….le….ge…le…….(beberapa kali) HP yang Prisca selip di balik kantung baju berdering juga. Sekilas Prisca menatap layar HPnya. Ternyata emang benar nomor Fariz yang call disana. “Prisca, buruang kamu ke UGD sekarang” terdengar nada panik dibalik telpon sambil menyebutkan nama rumah sakit di kota ini. “Ada apa sebenarnya, Mbak??” Prisca benar-benar kaget. Suara dibalik HP Tadi adalah suara Mbak Jestin. Kakak perempuan Fariz. “Fariz kecelakaan!!!” hanya itu yang sempat Prisca dengar sebelum langit rasanya udah runtuh menimpa kepalanya. Dia benar-benar ngak percaya. Rasanya seperti mimpi andai Prisca ngak mengeluh kesakitan ketika kulitnya dia cubit sendiri.Tak berpikir panjang, Prisca buru-buru masuk kedalam taksi yang kebetulan parkir disekitar tenpat itu. Dipikiran Prisca hanya ada Fariz yang keadaannya entah seperti apa. *** Prisca hanya bisa menatap tak percaya sosok tubuh yang hanya terbaring diam di depannya. Fariz yang dia kenal baik, sabar dan ceria itu hanya tersenyum beku didepannya. Yach, dibalik balutan kain putih itu Prisca seakan mendengar sosok itu berkata padanya, “aku datang prisca. Aku datang menjemputmu” Selamat jalan Fariz. Selamat jalan sayang. Kau benar-benar menepati janjimu meski kamu sebenarnya ngak sehat. Bagiku ini adalah duka yang akan Prisca selalu kenang.

Kamis, 09 April 2009

KERTAS PR RASTY

Kegembiraan keluarga Rasty kembali hilang. Semangat hidup Rasty yang beberapa hari lalu terlihat hidup kini kembali redup. Kembali ke Rasty yang selalu murung, selalu menyendiri dan Rasty yang hanya bicara seperlunya kepada Papa dan Mamanya. Seperti pagi itu. Mamanya yang seorang Sekretaris di sebuah perusahaan ternama kembali melihat Rasty bangun pagi dengan muka kusut nan sembab. Berkas-berkas kantor yang sudah di bawahnya kembali di simpan diatas meja. Naluri keibuannya mendorong sang mama menghampiri Rasty. Putri tunggalnya itu. “Rasty, sayang. Ada apa lagi sekarang?”, dengan lembut mama Rasty bertanya pada anaknya itu. Rasty hanya diam. Bahkan kembali tertunduk dengan mata berkaca-kaca. Sedih banget. “Ayo dong sayang. Gimana mama mau tahu masalah kamu kalau kamunya hanya diam gitu?”. “Ma……….”, keluhan yang nyaris tak terdengar keluar dari bibir merah Rasty. “Kertas PR Rasty mana?”. Mama Rasty tertegun. Dia ngak menyangka barang yang dicari oleh putrinya itu hanya selembar kertas. Bukan barang mewah ataupun karena pengen di ajak jalan ketempat-tempat rekreasi. “Kalau cuman kertas nanti mama beliin yang banyak”. “Mama….., Rasty pengen kertas itu. Bukan minta dibeliin yang baru”. Sentak Rasty kesal lalu lari masuk kedalam kamarnya. Sayup-sayup mama Rasty mendengar suara tangis dari Rasty. Mama Rasty jadi penasaran. Ada apa sih dengan kertas PR itu? Kok Rasty merasa kehilangan banget. Apa mungkin di kertas itu ada nomor ponsel pacarnya? Atau nomor Pin atau nomor-nomor penting yang lain. Pagi itu terpaksa mama Rasty ke kantor dengan pikiran yang kusut memikirkan kondisi buah hatinya yang tercinta. *** Rasty jatuh sakit. Hari itu terpaksa mamanya datang langsung kesekolah Rasty. Mama Rasty ke SMP Harapan Bangsa untuk izin pada Bu gurunya. Rasty demam tinggi. Putri kesayangannya sempat mengigau dan hanya tergolek lemah dalam kamar. Hati Mama Rasty jadi bingung. Terlebih Papa Rasty masih dinas di luar kota dan belum tahu kondisi putrinya itu. Ungtunglah dokter kenalan mama Rasty segera datang. Dan memberi obat buat menurunkan panas Rasty yang tinggi. “Gimana keadaan Rasty, Dokter?”, Tanya mama Rasty ngak sabaran pengen tahu kondisi putrinya. “Tenang aja, Bu. Rasty ngak apa-apa kok. Setelah obat itu bekerja maka panas Rasty akan turun. Dia cuman kelelahan dan banyak pikiran”. “Terima kasih banyak, Dokter”. Mendengar dokter bilang kalau Rasty baik-baik saja membuat hati mama Rasty sedikit tenang. Tak lama kemudian dokter Rizal pamit pulang. Tinggal Rasty dan mamanya yang dengan setia duduk di pojok tempat tidur. “Kamu dah baikan Rasty?”, “Masih sedikit pusing, Ma”. Suara merdu Rasty masih terdengar serak. Entahlah sebenarnya pikiran apa yang membebani pikirannya itu. “Ceritakanlah ke mama, N+ak. Sebenarnya ada apa? Kalau mama bisa Bantu nanti mama usahakan”. “Benarkah itu Ma……….”, secercah sinar harapan kembali menyala di bola mata indah Rasty. “Iya, Sayang. Apapun itu!” “Ma….Rasty cuman pengen kertas PR Rasty ketemu. Cuman itu” “tapi, Sayang. Mungkin mama udah buang ketempat sampah. Bersama berkas-berkas bekas mama”. “Rasty cuman mau kertas itu, Ma. Bukan minta di beliin barang mewah atau yang lainnya”. Rengek Rasty manja. Hati mama yang mana yang tidak akan terenyuh mendengar permintaan putrinya yang teramat sederhana seperti itu. Saat itu juga mama Rasty berjalan menuju ujung kompleks. Disanalah kemarin dia membuang tumpukan kertas-kertasnya. Moga aja kertas PR rasty masih ada disana. Panas mahatari yang siang itu teramat terik tidak diperdulikan oleh mama Rasty. Tak mengenal jijik mama Rasty terus mengorek-ngorek gundukan sampah. Akhirnya kertas yang dicari ketemu juga. Kertas PR Rasty. Sekilas mama Rasty memperhatikan kertas yang sudah lusuh itu. Tak ada yang aneh disana. Hanya lembar jawaban Rasty yang sudah dicoret-coret oleh gurunya. Bergegas mama Rasty pulang ke rumah dan memberikan kertas itu kepada Rasty. “Makasih banyak Ma…….” Teriak Rasty girang melihat kertas PRnya kembali. Seperti memeluk benda yang teramat berharga Rasty terus mendekap kertas itu. Hal ini membuat mamanya jadi penasaran. “Rasty, sebenarnya ada apa dengan kertas PR itu sayang. “ “lihat…… Ma. Lihat dan baca tulisan kaki ini”, Rasty kemudian menunjukkan catatan kecil yang ditulis oleh gurunya di halaman bawah kertas. Semua orang adalah cerdas. Termasuk kamu Rasty. Itu kalau kamu mau menghargai dirimu sendiri. “Kata-kata dari guru Rasty ini yang membuat kertas ini teramat berarti buat Rasty, Ma. Kata inilah yang memnbangkitkan semangatku, menumbuhkan percaya diriku yang kadang hilang. Aku mulai sadar. Sebodoh apapun, sejelek apapun, atau semiskin apapun kita kudu menghargai diri. Termasuk orang lain”. Mata mama Rasty berkaca haru. Benar kata guru Rasty. Betapa perlunya menghargai diri dan orang lain sekecil apapun itu. Hal yang jarang mama Rasty ajarkan kepada putri tunggalnya itu.

Selasa, 07 April 2009

PESONA TIGA DARA

PESONA TIGA DARA Siapa yang tidak kenal dengan Rio Febrian? Bintang kelas di SMP Tunas Bangsa Makassar. Selain jago di lapangan basket dia juga tajir. Ngak salah dong kalau dia bisa aja gonta-ganti gandengan sesuka udelnya dia. Entah karena keturunan atau emang dah jadi sifatnya dia. Sekarang aja sudah ada tiga gadis cantik yang masuk daftar DPO-nya (Daftar Pencarian Ogut). Ketiga dara yang jadi incaran Rio emang punya ciri khas yang unik. Makanya Rio pun jadi bingung sendiri harus pilih yang mana. Ngak kehitung lagi cara –cara jitu yang Rio lakuin. Mulai yang berbau klinik sampai yang berbau ilmiah. Dari tanah abang sampai tanah angke. Mulai dari cara kocokan ala arisan ibu-ibu sampai berguru di paranormal kondang. Semuanya dah dia lakuin abis-abisan!!! Rio sangat setuju dengan penjelasan gurunya beberapa hari yang lalu. Kata gurunya orang tuh kudu memilih orang berdasarkan bibit, bobot dan bebetnya. Nah nasehat itulah yang kini dipraktekkan oleh Rio. Karena itu Rio pengen memilih satu diantara tiga dara. Irene Jaisan, Hazizah Kudriah, dan Catrine Nadya. Menyebut ketiga nama itu pasti kita dah bisa nebak kayak gimana sih cewek itu. Irene Jaisan adalah cewek berdarah Tionghoa yang juga skull di SMP Harapan Bangsa. Sama dengan Rio cuman beda kelas. Orangnya cantik, imut, periang dan yang membuat Rio kesemsem abis adalah lirikan mata sipit Irene yang seksi abiz. Azizah kudriah adalah cucu dari seorang mantan diplomat negeri arab. Kulitnya eksotik, matanya bulat indah, hidung mancung dan bibirnya merah abiz. Azizah ngak sekolah ditempat Rio. Tapi hampir tiap hari gadis berjilbab itu lewat depan kampus Rio. Yang membuat sifat play boy Rio jadi terusik adalah sikap tenang nan anggun Azizah yang berbalut seragam muslimah. Cantik banget deh. Catrine Nadya juga gadis balsteran juga. Indo gitu. Dalam tubuh tinggi semampai catrine mengalir darah Italia. Tak salah dong kalau rambutnya pirang alami, hidungnya mancul dengan bola mata kebiruan. Wih, boneka Barbie begitu Rio menyebut gadis yang satu itu. Cara bicaranya yang kecinta lauraan membuat rio klepek-klepek ngak tahan. Rio kenal dengan gadis bule itu di sebuah kompetisi basket. Saat itu Rio sebagai kapten tim basket dari skul SMP Tunas Bangsa. Catrine sendiri adalah tim cher dari tim lawan. Saat itulah terjadi cinlok diantara mereka berdua. Klop deh jadinya. Sebenarnya dalam kamus Rio bukan cuman ketiga cewek itu. Namanya juga playboy. Tetapi ketiga dara itulah yang menempati rating tertinggi dalam target buruan Rio saat ini. Jurus pertama yang dilakuin Rio adalah mengirim surat perkenalan ke mereka. Tentu didalamnya udah di sisipin puisi-puisi gombalnya. Pucuk dicinta ulampun tiba. Ternyata pancingan Rio berhasil. Ketiga dara itu memberi signal setuju pada Rio. Tak mau buang-buang kesempatan, Riopun mengajak ketiga dara itu untuk hangout ditempat pavorit mereka nantinya. Aneh bin ajaib. Ketiga dara itu menyanggupi ajakan Rio dengan syarat ketemuan di café Marina. Tepatnya tanggal 14 April nanti. Rio sempat bingung. Kok bisa-bisanya mereka kompak janjian ditempat yang sama? Apa mungkin ketiganya sudah saling kenal? Dan pengen menjebak Rio secara berjamaah? Tapi Rio ngak yakin. Ketiga gadis itu ngak ada bukti akurat kalau sudah pada kenal. *** Café Marina. Tempat yang ternyata nyaman banget buat hangout bareng teman. Cukup lama Rio mencari tempat itu. Setelah mutar-mutar kota dan bahkan nyasar sampai ke ujung kota barulah tempat itu ketemu. Tepat jam tujuh malam Rio udah nongol depan café. Rio jadi bingung sendiri. Gimana mencari gadisnya ditengah keramaian seperti itu. Kayak kondangan di kampung. Bising banget. Tiba-tiba ponsel keluaran terbaru milik Rio berbunyi. Rupanya ada tiga sms yang bersamaan masuk. • Sent: +6285299664969 Message: Rio, aku tunggu dimeja 15.by Irene. • Sent:+6585299698089 Message: Aku ada di dalam café. Masuk aja. Tungguin aku dipojok yach. Aku ke WC dulu. By Catrine • Sent:+6281241933662 Message: Aslm. Kalau dah datang tungguin aku di dekat lampu kristal. Bentar lagi aku nyampe. By Azizah. Wasalam Rio kelimpungan. Ternyata tiga dara itu mau ketemuan pada waktu dan tempat yang sama. Gimana cara ngaturnya biar ngak tabrakan kayak gini? Rio makin pusing mikirnya. Pasrah Rio masuk kedalam café. Mata Rio terus jelalatan mencari meja 15 seperti yang dijanjikan oleh Irene. Benar saja. Dimeja itu Irene dah duduk manis menunggunya. Lambaian tangan Irene membuat Rio terbuai. Seperti kerbau yang hidungnya dah dicocok Rio terus melangkah ke meja Irene. Rio belum sadar kalau meja 15 tepat berada di pojok café dan di bawah lampu kristal. “Dah lama Irene?”, sapa Rio gugup. Rupanya orang sekelas Rio masih kenal kata nervous didepan cewek cantik. Maklumlah. Irene adalah sosialita di Skullnya. “Lumayan sih. Mana bodyguard kamu? kok sendiri aja nih”. Kedipan mata Irene membuat Rio makin kikuk aja. Dugaan Rio ngak salah. Ternyata ketiga dara itu ternyata dah saling kenal. Tak lama setelah Rio duduk dikursi dekat Irene muncullah Catrine dan Azizah. Sekarang di depan Rio berjejer tiga dara dengan kecantikan masing-masing. “Rio, kami tak ada niat apa-apa. Kami cuman pengen memberi kamu shock terapy biar sifat playboy kamu itu berkurang dikit”, Azizah si gadis arab menjadi jubir kandidat yang lainnya. “Jadi……….”, jawab Rio tergagap lagi. “Yah. Kami bertiga mulai akrab setelah sadar menjadi target gombalan kamu. Akhirnya kami sepakat melakukan ini semua. Kamu harus sadar Rio. Tidak ada perempuan yang mau dikadalin ama buaya darat kayak kamu”. Jawab catrine dan Irene seperti dikomando. Malam itu, Rio benar-benar mendapat pelajaran baru. Syukur-syukur ketiga cewek itu masih kepengen sahabatan dengan Rio. Duh, emang bisa burung Kasuari, burung Elang, burung Onta dikadalin. Ngak bisa kaleee……..