Senin, 22 Juni 2009

BALADA GURU LES ADIT Benar banget kata pepatah yang bilang kalau rasa penyesalan kita pasti kita rasain dibelakangan setelah kesalahan itu kita perbuat. Seperti nasi yang udah terlanjut jadi bubur. Pasti ngak bisa balik kenyal seperti nasi pulen. Mungkin begitulah yang gue rasain saat ini. Ackh, andai bisa yah kita mutar balik yang namanya waktu itu. Pengen rasanya gue balik ke garis start dalam setiap moment kehidupan yang gue jalanin. Andai bisa, salah satu hal yang paling gue pengen ulangi adalah hari-hari singkat yang gue lewatin bersama adikku dengan kak Andir. Gue dan Dita adikku biasa memanggil guru les itu dengan kak Andir. Meski menurut pengakuannya ke kami berdua kalau di luar sana di juga ngajar disebuah SMP swasta. Mestinya kami memanggil dia pak Andir. Secara diakan udah guru gitu. Tapi karena usianya yang masih muda banget membuat saya merasa nyaman memanggil dia kakak dari pada bapak. Apalagi dia enjoy aja. Katanya ngak masalah dia kami panggil apa.” Ini bukan jam sekolah” katanya mengiyakan. Tapi gue bukan mau curhat ataupun cerita sampai berbusa-busa soal sapaan gue ke dia. Bukan itu. Tapi ini soal hikmah yang gue bisa petik sebagai buah penyesalan atas kelakukanku selama ini pada beliau. Entah mengapa malam selasa dan kamis malam adalah malam kelabu buat aku dan Dita. Malam yang ngeselin, malam yang ngebetein, malam yang mengerikan, malam yang menjadi neraka yang menakutkan. Pokoknya semua yang ngak enak di hati deh. Bagi kami bukan malam jumat kliwong yang menakutkan seperti orang laen tapi kedua malam itulah “jumat kliwong” yang sebenarnya. Jawaban mengapa malam itu adalah malam yang paling gue ngak suka adalah karena malam itu kak Andir yang didaulat oleh nyokap sebagai guru les matematika kami. Kalau dia datang sebagai tamu sih emang gue pikirin. Tapi dia datang membawa aura ngebetein bagi kami berdua. Selama dua jam kami harus berkutat dengan rumus-rumus yang bisa membuat mata jadi juling dan pusing tujuh 2 phi kali er. Yah, selama dua jam malam yang mustinya gemerlap indah jadi kelabu tak ubahnya pekuburan yang tanpa lampu penerang dan bulan yang bersinar. Pokoknya semuanya suram gitu deh. Fiuh, kalau kak andir datang aku dan dita merasa kedatangan musibah mingguan. Makanya ngak jarang aku dan Dita sepakat memberi julukan buat kak Andir. Pembawa berita kebetean-lah, malam nan kelabu-lah, malam yang melelahkan-lah, pokoknya banyak istilah lagi yang intinya kami kurang eneg dan streg dengan semua itu. Segala cara gue dan Dita lakuin supaya kak Andir merasa ngak betah. Apalagi nih kalau bokap dan nyokap ngak ada di rumah. Disitulah siapa Adit dan Dita keluar aslinya. Iya sih. Kami selalu terlihat duduk manis di meja belajar kalau ada nyokap dan bokap. Siapa juga coba yang pengen dibentak nyokap yang rada-rada cerewet. Atau stop aliran bantuan langsung tunai dari bokap. Jangan sampai deh Ada satu moment yang ngak bakalan gue lupa seumur –umur gue. Malam itu bokap-nyokap belum balik dari luar kota. Merasa lepas bebas landas aku dan Dita ogah-agahan aja les malam itu. Sibuk nyari alat tulislah, pengen bokerlah, pokoknya sibuk yang disibuk-sibukin aja. Yang penting malam itu bebas dari belajar. Pokoknya aku dan Dita udah sepakat malam itu kak Andir harus bete dan emoh dengan “dua kurcacinya”. Merasa kesal dengan ulah kami berdua akhirnya emosi kak Andirpun terpancing juga. Dia marah. Dia membentak kami dengan nada suara yang tinggi. Jujur baru malam itu aku melihat kak Andir marah seperti itu. “Sebenarnya kalian mau belajar atau ngak?!!!”. Bentaknya dengan suara menggelegar. Tak ada kesan lembut, sabar dan kalem sesuai dengan sifatnya. Ups, ini nih yang gue tunggu-tunggu. “Yahh, belajar lah!!!. Emangnya piknik.” Jawabku cuek bebek. Satu kakiku nyantai diatas meja. Sementara dita yang duduk disampingku balas menatap mata kak Andir tak kalah beraninya. Wih, sesaat kami merasa menjadi super hero yang bisa melawan siapa aja. Suasana tiba-tiba senyap. Hening banget. Kak Andir berusaha menguasai dirinya. Orang yang selama ini berusaha membuat kami pintar hanya diam menatap ke kami berdua. Aku dan dita secara bergantian. Lama banget. “Mungkin kalian begini, karena merasa sudah pintar. Atau…..karena kalian memandang remeh saya sebagai guru les kalian!. Ingat yah. Sepintar-pintarnya kalian kalau ngak menghargai guru dan ilmu itu tak bakalan bisa masuk dalam otak kalian itu” Rangkaian kalimat yang mengalir lepas yang biasa aku dengar malam itu terdengar luar biasa. Entah malaikat dari mana yang menyulap kata itu sehingga bertuah ditelingah kami berdua. Mungkin karena…….. kak Andir menangis. Ya tuhan. Kami sudah membuat orang yang mustinya kami segani mennagis karena kecewa. Dia laki-laki tegar tapi akhirnya menangis juga!! “ Kalau aku mau egois, kalian mau serius atau tidak balajar bukan urusan saya. Honor saya tetap jalan kok meskipun kalian paham atau ngak. Tapi aku ngak mau makan gaji buta. Aku pengen kalian benar-benar merasakan manfaat dari les ini. Itu saja” Malam itulah malam terakhir kami les dengan kak Andir. Mustinya malam ini beliau datang lagi. Tapi mulai malam ini dan malam-malam seterusnya kami ngak bakalan bersua dengan kak andir lagi. Kata mama, kak Andir sudah pulang ke kampung halamannya. Salam terakhir yang aku dapat hanya lewat sms kak andir . kak Andir hanya menitip pesan dan harapan. Aku dan dita bisa dapetin guru les yang lebih baik dari dia. Rasa penyesalanpun akhirnya datang. Yah aku benar-benar menyesal.

Rabu, 10 Juni 2009

HARAPAN OMA GASTAN

HARAPAN OMA GASTAN Sore itu, temaram senja memantul indah bibir Pantai Losari. Sengaja sepasang kaki telanjangku kusibak-sibakkan di atas permukaan ombak. Suasana hening kala itu. Hanya keciprat air dan deru ombak yang saling memadu indah. Sunguh romantis bersama seseorang disamping kita. Sesekali kucuri pandang pada Gastan. Cowok blasteran makassar-bolivia-cina-jepan dan entah apa lagi yang juga tertunduk diam. Aku tahu dihatinya ada luka yang menggelayut. “Sebenarnya apa kekuranganku, Res?”, suara lembut seksi khas Gastan kembali menyapa telingahku. Aku kembali menarik nafas panjang. Mataku kembali kulempar ketengah laut yang ada didepanku. Aku tak bias menjawab tanyanya saat itu juga. Hatiku hanya berbisik. Kamu tidak kurang apa-apa kok. Malah bagiku kau begitu nyaris sempurna dimataku. Kamu cowok tipe aku banget. Secara fisik cewek mana yang ngak suka cowok yang tinggi ideal sepertimu (apalagi kalau cewek matre). Kulit bersih, senyum menawan dan sikap yang tak kalah santunnya. Pokoknya semua yang cewek suka pada seorang cowok ada sama elo. Pesona ragawimu nyaris sempurna. Aku akui itu! “Dimataku kau laki-laki sempurna, Gastan” “lalu, kenapa kau gantung aku?” “Tidak, Gas. Aku udah punya prinsip. Aku udah putusin dan saya harap kau mengerti alasanku” “Tapi kenapa, Res?, aku tak pernah mendengar alasanmu menolakku”,gastan terus menghiba dengan nada yang menyayat hati. Mencari simpatiku. Bukan hanya Gastan yang pusing dan puyeng sebelas keliling. Aku yang merasa “dipaksa” dilibatkan dalam masalah super pelit ini mau ngak mau musti terlibat di dalamnya. Sampai saat ini aku belum bisa mengerti jalan pikiran Gastan dan keluarga besarnya. Mengapa mereka begitu berharap aku bisa menjadi pendamping hidup Gastan. Iya sih. Semua perempuan pasti nantinya membentuk rumah tangga. Married gitu. Tapi yang jadi masalah adalah aku masih bau parfum eh maksudnya bau kencur banget. Usiaku aja belum genap 17 tahun. Ngak mungkin banget aku married dalam usia dini begini. Ngak bakalan!!! “Kamu sayang Oma aku ngak?”, Gastan terus mencari-cari titik kelemahanku. Dia tahu banget kalau aku dan Omanya dekat banget.bagai panas dan bara. Bagai awan dan hujan. Hamper setiap sore aku meluangkan waktuku kerumah oma gastan. Menyisir rambutnya. Mencabut rambut putihnya yang hamper putih semua. Mencari kutu kepalanya. Dan banyak lagi yang mustinya dilakuin oleh anak atau cucunya sendiri. Oma gastanlah yang paling ngotot pengen jadiin aku penganten cucu kesayangannya itu. “Aku sayang dia, Gas. Tapi ngak mustikan dengan cara gini” “Hanya cara ini yang bisa, Res” “Kita masih muda banget. Aku masih pengen lanjutin sekolahku. .lagian kita berdua sifat kanak-kanaknya masih kental banget gitu loh. Gimana bisa membentuk keluarga?apa ngak perang dunia setiap hari. Kita tuh masih labil,Gas!” “Jangan pikirin soal materi, Res. Aku pewaris tunggal dari kerajaan bisnis perusanaan Oma. Lagian habis married nanti kamu bisa kok lanjutin sekolah kamu” Aku ngak bisa berdebat lagi. Aku kehabisan akal di hadapan gastan yang benar-benar udah kebelet pengen married. Jujur aku sayang banget dengan gastan dan keluarganya. Terlebih oma yang begitu baik padaku. Tapi akupun ngak mungkin banget lakuin pernikana dini seperti ini. Duh, betapa rumitnya masalah yang musti aku hadapin diusiaku yang masih imut-imut ini. *** Gundukan tanah itu masih basah dan segar. Aroma tanahnya masih sangatlah baru. Hanya taburan bunga-bunga yang memenuhi seluruh permukaan makam. Sesekali angin sepoi membawa aroma bunga kamboja putih yang tumbuh memagar diarea pemakaman. Kulihat Gastan masih duduk mengjongkok didepan makam itu. Wajahnya sedih menahan duka sisa semalam “Maafin aku Gastan. “ Hanya itu kata yang sempat keluar dari bibir seksiku. Akupun turut bersedih. Sedih banget. Dalam hatiku muncul perasaan bersalah. Yach, mimpi Oma Gastan tak bisa kupenuhi sampai ajal telah menjemputnya. Aku tahu. Oma Gastan pengen banget melihat cucu kesayangannya duduk bersanding di pelaminan bersama gadis pilihan hatinya sebelum ajal menjemput. Dan gadis itu adalah saya. Reski januarty. Maafin aku Oma. Maafin aku Gastan. Belum saatnya aku menikah diusia remajaku.

MIMPI TERINDAH

MIMPI TERINDAH Namaku Restu Anugrah. Aku sekolah di sebuah sekolah SMP yang mungkin jarang didengar orang. Gimana ngak. Skullku bukan sekolah unggulan. Skullku juga bukan tempat nongkrong anak-anak sekolah dengan bejibun prestasi. Bahkan tak jarang orang lain bilang kalau skull tempatku sekolah adalah sekolah pembuangan. Sekolah yang dihuni orang-orang yang mengalami penolakan di sekolah lain. Sekolah yang diisi wajah-wajah sangar, tolol, susah diatur dan nakal alang kepalang. Pokoknya yang bernada demikianlah. Entahlah. Gue sampai tak habis fikir dan ngak bisa membantah semua opini yang nyaris jadi fakta itu. Entah benar entah salah. Sebab menurut kacamata gue apa yang dikatakan orang itu ada benarnya. Tapi ngak benar-benar amat sih. Buktinya masih ada segelintir yang masuk kategori mahkluk baik. Saya contohnya (ups, narsis dikit ngak apakan!) Oh yah. Aku pernah baca sebuah coment dari seseorang. Dia berkata bahwa siapapun bisa punya mimpi. Bisa bercita-cita setinggi langit. Kata-kata dari orang berpengaruh itulah yang selalu menggelitik pikiranku. Kalau emang benar seperti itu berarti saya juga bisa dong. Apa benar begitu?!, gue ngak punya apa-apa yang bisa gue banggain sebagai bahan dari mimpi dan cita-citaku. Aku pecundang. Aku orang yang bodoh, ngak punya bakat dan keahlian. Disekolah misalnya. Aku bukan anak yang cerdas. Masih untung ngak hancur-hancur banget. Standar aja gitu. Namaku di sekolah disebut-sebut oleh guru hanya pada saat absent kelas dan ketika disuruh naik kedepan kelas untuk mengerjakan PR. Selebihnya ngak pernah terlebih lagi pada saat penyebutan nama bagi siswa yang berprestasi. Namaku laksana tenggelam di tujuh lautan. Akupun tak punya prestasi yang menonjol dibidang olahraga. Tidak ada. Gue ngak bisa main volley (secara fisik tinggi badan gue jatuh banget), ngak bisa sepak bola (gimana bias main. Latihannya dimana coba???), karate atau apapun (bias dikit gerakan karate itupun lihat lewat tivi). Tak jarang muncul perasaan minder sendiri bila membaca profil orang-orang sebayaku terpampang media massa. Prestasi dan kehebatan mereka diepkspos sedemikian rupa hingga membuat orang-orang sepertiku hanya menggigit jari, iri. Kapan yah foto dan identitasku juga muat di Koran misalnya. Kalau dipikir-pikir, benar ngak sih kalau aku ini emang benar seorang pecundang? Lihat aja sendiri. Disekolah ngak pintar-pintar amat, prestasi nihil, body dan wajah jauh dibawah standar. Tak ada banget yang bisa diandalin dari aku. Tak jarang kulakuin hal-hal yang lucu. Pernah suatu malam aku lakuin shalat tahajjut. Dalam doaku sehabis shalat aku curhat kepada Tuhan. Curhat yang rada-rada protes sih. Aku protes pada Tuhan kenapa sih aku seperti ini. Kayaknya aku dibeci banget gitu loh. Apa sih dosaku. Apa sih salahku. Kok sepertinya aku yang menanggung karma dari kesalahan yang ngak pernah aku lakuin. Kok aku ini tak ubahnya seorang pecundang sejati. Aku benar-benar meneteskan air mata kalau sudah curhat langsung seperti itu. Saat seperti itu aku merasakan Tuhan benar-benar ada dihadapanku. Mendengar curhatku. Menampung unek-unekku yang selama ini hanya aku pendam sendiri. Maklum. Aku ngak P-D-an musti curhat pada orang lain. Sahabatku sekalipun. Di sekolah tak jarang aku menyendiri dipojok kantin. Aku perhatiin teman-teman yang asyik bercanda dilapangan sekolah. Teman-teman yang makan dengan lahapnya dikantin mbok Darmi. Teman-teman yang sibuk dengan berbagai urusannya. Yang semuanya aku lihat dijalani dengan enjoy. Ngak ada beban gitu. Kalau sudah begitu, aku hanya bisa membayangkan diriku diposisi mereka. Kapan yah aku bisa merasakan keceriaan yang sama. Kapan juga profil siswa-siwa biasa sepertiku terpampang di halaman sebuah Koran dikotaku. Ada ngak sih awak media yang mau mengorbitkan profil orang –orang biasa yang miskin prestasi, ngak cerdas, bukan orang yang bejibun piala penghargaan. Yah profil orang biasa namun punya semangat dalam memaknai hidup secara apa adanya. Profil orang-orang yang hanya memiliki semangat survival dengan seribu kekurangannya. Kapan yah?!!!......

Sabtu, 09 Mei 2009

VACATION MY SCHOOL “… Liburan bareng SMP Tunas bangsa…” Begitu bunyi pengumuman yang ditempelin Bapak kepala Sekolah di papan informasi. Bisa ditebak Aura and the gank menyambut very-very heppy pengumuman kayak ginian. Aura and the gank sekarang harap-harap cemas kapan gerangan rapat liburan itu mulai diadain. Biasanya sih Bapak kepala sekolah juga melibatkan siswa-siswanya dalam rapat. Minimal para siswa bisa ngajuin usul tempat dan waktu liburan yang kira-kira pas. Dipikiran Aura dan pasti di pikiran teman-temannya yang lain sudah bermunculan kandidat-kandidat tempat liburan yang nantinya akan mereka usulin. Aula SMP TUNAS BANGSA MAKASSAR emang luas dan lapang. Tempat itu bisa menampung banyak siswa yang skull di tempat itu. Aula yang sering dijadiin tempat rapat massal itu sekarang sesak oleh wajah-wajah cap liburan. Biasalah remaja masa kini. Apapun yang berbau liburan pasti disambut dengan sepenuh hati. Lain halnya kalau mereka dikumpul di aula itu buat dengar penyuluhan atau nasehat. Wih, pasti wajah-wajah mereka ngak sesegar ini. Palingan yang hadir adalah perwakilan kelas. Itupun dengan sedikit “gertakan” dari pihak guru. “Okey, anak-anak. Sekarang kalian bisa usulin tujuan wisata kita kali ini”. Terdengar suara Bapak kepala sekolah penuh wibawa. Cukup banyak ternyata yang mengacungkan tangan tanda pengen memberi usul. Tak ketinggalan Aura and the gank yang duduk di barisan paling depan. Siap tempur banget kayaknya. “Yang dipojok sana. Usulan kamu apa”, tunjuk beliau pada seorang siswa. “Gimana kalau kita ke Bantimurung aja. Pak. Kebetulan banget neh aku mau nambahin koleksi foto-foto kupu-kupuku”. Rio si kacamata minus itu emang dikenal sebagai cowok kupu-kupu. Bukan cupu loh. Saking ngefansnya dia ama makhluk bersayap yang dulunya buruk rupa itu (ulat gitu loh) maka semua aksesorinya bernuansa kupu-kupu. “Bosen, ah!. Masa ke Bantimurung lagi. Tahun kemarinkan udah. Cari yang lain dong!”, sahut yang lain ngak setuju. “Prapanca. Kamu ada saran ngak?”. Pak kepala sekolah meminta saran pada Prapanca yang lagi asyik dengan blackberrynya. “Kalau menurut gue kenapa kita ngak ke pulau bali aja. Masa bule-bule udah pada ribut muji-muji pulau bali kita yang orang lokal injak aja ngak!” “Huu……emang duit dari Hongkong!. Ke pulau dewata kudu modal gede, Men!”. Lagi-lagi usulan yang masuk mendapat tolakan dari yang lainnya. Sebenarnya banyak banget yang pengen ajuin usul mengenai tempat wisata sekolah nanti. Termasuk Aura yang tangannya udah kesemutan. Capek juga mengacungkan tangan tinggi-tinggi belum ditunjuk-tunjuk juga. Capek deh…. Akhirnya dewi Fortuna nyamperin Aura juga. Kali ini telunjuk Bapak kepala sekolah mengarah padanya. Itu artinya kesempatan buat mulut Aura bercuap-cuap. Dah gatal banget sih sejak tadi pengen ngomong. “Okey, Aura. Mungkin kamu ada usul yang lebih keren, menarik, dan ngak bikin kantong kita bolong?”, gini nih gaya Pak kepala sekolah yang selalu fangky n gaul ama anak didiknya yang membuat Aura dan yang lainnya merasa nyaman. Beliau selalu sopan namun tetap berwibawah. Aura and the gank suka gaya beliau. “Aku ada usul nih, Pak. Pasti teman-teman yang lain ngak bakalan nolak lagi” “Apaan tuh?, cepetan bilang. Teman-teman kamu ngak sabaran lagi tuh. Dan tentunya Bapak juga ngak sabaran. Waktu pelajaran bentar lagi masuk. Cepetan ngomongnya!” “Gimana kalau liburan sekolah nanti kita ke Desa Balassuka!”. Ucap Aura mantap sambil menatap seluruh teman-temannya. Suara berisik tiba-tiba hilang menjadi senyap. Rupanya teman-teman Aura benar-benar penasaran. Ada apa dengan Desa Balassuka yach? “Nenek gue bilang kalau sekarang di Desa Balassuka lagi musim panen padi. Nah di sana kita bisa main Lumpur sepuasnya, nangkapin belut-belut sawah, bantuin petani panen padinya, disana juga ada bukit yang indah banget. Ada juga air terjun yang eksotik banget. Di jamin deh pesona Pulau Bali akan kalah telak!” dengan semangat 2009 Aura terus ngomporin teman-temannya untuk menerima usulnya itu. Akhirnya hari itu dengan suara bulat mereka sepakat liburan sekolah kali ini adalah Desa Balassuka. Tempat yang indah, ngak jauh-jauh amat dan ngak bikin kantong orangtua jadi tekor dan berlubang. Lagian mereka ngak pernah merasakan pesona pedesaan yang sebenarnya. Sekarang mereka makin penasaran. Gimana sih Desa Balassuka itu? Yang pasti ngak lama lagi desa itu akan kedatangan tamu-tamu cilik. Tunggu aja tanggal mainnya.

Minggu, 03 Mei 2009

HATI EMAS KASIH

HATI EMAS KASIH Hari ini keputusan itu udah bulat buat Kasih. Apapun resikonya rahasia yang selama ini dia simpan musti dia buka. Kasih sadar cepat atau lambat rahasia itu pasti bocor ke teman-temannya yang selalu nanya Nyokap Kasih sebenarnya ada dimana. Mengapa setiap mereka kerumah kasih yang ada cumin bokap kasih dan pembokatnya. “Teman-teman. Hari ini aku mau ngajakin kalian ke suatu tempat”. Dengan suara yang mantap meski masih terkesan sangat berat akhirnya Kasih mengajak teman-temannya. “Dalam rangka apa nih, Kas? Tumben banget gitu loh!” “Iya nih, Kas. Kami kudu tahu dong kamu ngajakin kami-kami kemana. Iya ngak teman-teman?”, semua teman-teman kasih diruangan kelas itu sangat antusias mendengar ketua kelas mereka mengajak kesuatu tempat. Tentu tempat yang spesial buat kasih. “Yang pastinya gue mau ngajak kalian ke suatu tempat. Tempat yang bisa menjawab rasa penasaran kalian selama ini”. “Soal do’i kamu yach?” celutuk seorang rekan kasih menggoda. “Bukan!” “Lalu apaan dong Kasih. Ayolah. Jangan bikin aku penasaran kayak gini. Kamu tahukan penyakit aku kalau lagi penasaran. Sakit perut tau!” “Simpan dulu rasa penasaranmu, Reinata. Pokoknya bubaran sekolah kita ngumpul di aula sekolah. Bagi yang mau ikut aja!”. Kasih menutup pengumumannya. Bersamaan dengan itu Bell sekolah berbunyi nyaring tanda pelajaran terakhir hari itu telah masuk. Sebenarnya dalam hari kasih masih berkecamuk kebimbangan. Sanggupkah dia menjalanin hari-harinya pasca moment ini? Apakah teman-temannya nanti tetap menganggapnya sebagai kasih seperti yang sekarang ini?. Namun Kasih adalah gadis yang tegar dan kuat. Apapun resikonya Kasih siap menanggung semuanya. Apapun itu. *** Bubaran sekolah Kasih dan teman-temanya langsung menuju Angkot yang tak jauh dari halaman sekolah mereka. Hari itu, lumayan banyak teman-teman Kasih yang ternyata ikutan. Rasa penasaran dihati mereka membuat mereka rela berdesak-desakan di atas angkot yang panasnya ngak ketulungan itu. Makassar emang kota panas sih. Cukup lama juga mereka di plonco di atas Angkot itu. Mana sopirnya yang ugal-ugalan. Udah berimpit-impit panas lagi. Tapi semua pengorbanan itu pasti setimpal dengan apa yang akan mereka dapatkan nanti. Akhirnya Angkot yang membawa mereka berhenti di depan sebuah rumah sakit. Banyak teman-teman Kasih masih bertanya-tanya dalam hati. Mengapa mereka berhenti di depan rumah sakit itu. Depan Mall kek. Depan supermarket kek. Atau apun yang penting heppy. Atau mungkin aja mereka kebetulan turun ditempat itu lalu melanjutkan perjalanan lagi. Entahlah hanya kasih yang tahu. “Teman-teman semua. Bentar lagi kita akan bertemu dengan seseorang”. “Di dalam gedung putih inikah?”, Tanya seorang teman Kasih membelalak kaget. Inikan rumah sakit jiwa yang kesohor di delapan penjuru angin. Untuk apa juga Kasih membawa mereka ke tempat ini. Di bilang nyantai bukan. Dibilang kunjungan amal bukan. Ngak mungkin banget bokap kasih ngantor disini. Bokap kasih bukan dokter. Bokap kasih tuh pengusaha kaya. Lalu yang ada di dalam siapa dong? “Ikutin aja kemana langkah sol sepatuku. Kalian ngak bakalan tersesat ke gurun sahara kok!” Kasih terus berjalan di koridor rumah sakit itu. Di lantai dua Kasih dengan mantap menuju ke salah satu ruang perawatan pasien. Tempat itu lumayan elok dibanding kamar lain. Ruangan itu disulap menjadi kamar dengan nuansa bunga-bunga indah. Jauh banget dari kesan angker rumah sakit jiwa. Semua itu pesanan dari penghuninya. Teman-teman Kasih hanya terpaku di depan ruangan itu. Seperti mendengar komando mereka semua berhenti di depan tempat itu. Mereka hanya bias menatap penuh heran melihat Kasih tanpa sungkam berpelukan dengan seorang perempuan muda. Lebih kagetnya lagi perempuan yang dipeluk Kasih itu mirip banget dengan face Kasih yang cantik dan imut. Apakah dia……….nyokapnya kasih??. “Mama………” Resty, Yoga, Prasetyo, Reinata dan teman-teman Kasih yang lain makin kaget mendengar Kasih memanggil wanita itu dengan kata Mama. Apalagi mereka berpelukan seakan lama ngak pernah jumpa. Kangen banget tampaknya. “Inilah jawaban dari rasa penasaran kalian selama ini. Siapa Nyokapku, dimana dia, semuanya udah terjawabkan. Inilah wanita yang melahirkan saya teman-teman!” Tanpa kelihatan canggung lagi Kasih mengenalkan nyokapnya kepada teman-temannya itu. Nyokap Kasih udah beberapa tahun ini menjadi pasien tetap rumah sakit. Jiwa Nyokap Kasih terganggu ketika umur Kasih masih belasan tahun. “Inilah mamaku teman-teman. Mama luar biasa bagiku meski dinding rumah sakit ini memisahkan kami entah sampai kapan”, bergetar suara kasih menahan haru dihatinya. Suasana saat itu sungguh mengharukan hati. Kasih terus memeluk mamanya yang meneteskan air mata tanpa espresi yang bisa terbaca orang. Tapi siapapun tahu cinta itulah yang membuat hati Mama kasih tetap terharu meski jiwanya tidaklah utuh seperti dulu. Sekarang teman-teman kasih makin yakin kalau ketua kelas mereka adalah gadis berhati emas.

Rabu, 29 April 2009

KELABU HATI PRISCA

KELABU HATI PRISCA Prisca belum bisa keluar dari kamarnya. Kecuali kalau penting banget atau lagi kebelet pipis. Selain dari itu bisa di pastikan Prisca pasti dalam kamar aja. Mata Prisca masih sembab. Entah udah berapa cc air mata Prisca terbuang sejak kemarin. Yach sejak kejadian yang merubah 180% kehidupan Prisca saat ini. Prisca sungguh menyesal bila mengingat kejadian memilukan itu. Andai saja hari itu dirinya ngak ngambek ama Fariz. Andai saja hari itu dia ngak ketulungan egoisnya. Andai saja hari itu dia ngertiin kondisi Fariz yang lagi sakit. Dan sekeranjang kata andai lagi yang menari-nari di kepalanya. Lagi-lagi kalau mengingat itu semua air mata Prisca pasti menetes lagi. Sedih dan menyesal banget. “Prisca, bukain mamamu pintu dong, Sayang” suara Mama Prisca terdengar dibalik pintu kamar. “Ada apa sih ma?! Prisca lagi ngantuk neh….” “Bentar aja sayang. Mama mau bicara” “Bentar, Ma…..” dengan rasa malas Prisca akhirnya membuka pintu kamarnya. “udahlah sayang. Kamu jangan sedih gitu dong. Ini udah takdir Fariz. Ini bukan salah kamu kok” bujuk mama pada prisca. Biarpun begitu rasa penyesalan yang Prisca rasakan masih segede gunung himalaya. Untunglah mamanya yang begitu saying padanya terus memberi semangat dan kekuatan cinta seorang mama. “Tapi, Mama. Semua ini karena Prisca. Prisca yang salah Ma……” lagi-lagi tangis Prisca kembali pecah seperti pajangan keramik yang jatuh dari buvet. Rasa bersalah itulah yang terus memburu Prisca. Makin cepat dia berlari rasanya perasaan bersalah itu berlari lima kali lebih cepat mengejarnya. Duh, kasihan banget Prisca. *** “Jemput gue dong, yang…………” “ngak bisa, Say. Aku lagi ngak enak badan nih” suara lemah Fariz di balik telpon emang terdengar pias. Tapi prisca ngak peduli. “Alla…..bilang aja ngak mau nganterin aku!” rungut prisca kesal. “Benaran honey. Aku lagi sakit neh” “Ngak peduli!!. Kalau kamu ngak datang dalam sepuluh menit kita putus. P-U-T-U-S!!” Tanpa memberi kesempatan pada Fariz, Prisca langsung matiin hapenya. Pokoknya hari itu Prisca mau ngak mau harus hadir ditempat audisi sebelum di tutup panitia lomba. Bagi Prisca ini adalah kesempatan emasnya menjajal kemampuan nyanyinya. Dari pada mubazzir dikamar mandi aja mendingan disalurin pada tempatnya. Makanya kenapa Prisca begitu ngotot pengen ketempat audisi itu hari ini juga. Ngak bias ditawar-tawar lagi. Satu menit berlalu. HP buatan Negeri Ginseng milik prisca belum juga berbunyi. Dia mulai kesal ama Fariz yang ternyata ngak datang-datang juga. Ternyata Fariz bagi Prisca adalah pacar yang ngak pengertian. Pacar yang ngak punya perasaan. Dia bukan tipe orang yang bisa mensupport cita-cita kekasihnya. Dia pacar yang payah. Hari itu Prisca betul-betul garing dibuatnya. Te….re…..ge….le….ge…le…….(beberapa kali) HP yang Prisca selip di balik kantung baju berdering juga. Sekilas Prisca menatap layar HPnya. Ternyata emang benar nomor Fariz yang call disana. “Prisca, buruang kamu ke UGD sekarang” terdengar nada panik dibalik telpon sambil menyebutkan nama rumah sakit di kota ini. “Ada apa sebenarnya, Mbak??” Prisca benar-benar kaget. Suara dibalik HP Tadi adalah suara Mbak Jestin. Kakak perempuan Fariz. “Fariz kecelakaan!!!” hanya itu yang sempat Prisca dengar sebelum langit rasanya udah runtuh menimpa kepalanya. Dia benar-benar ngak percaya. Rasanya seperti mimpi andai Prisca ngak mengeluh kesakitan ketika kulitnya dia cubit sendiri.Tak berpikir panjang, Prisca buru-buru masuk kedalam taksi yang kebetulan parkir disekitar tenpat itu. Dipikiran Prisca hanya ada Fariz yang keadaannya entah seperti apa. *** Prisca hanya bisa menatap tak percaya sosok tubuh yang hanya terbaring diam di depannya. Fariz yang dia kenal baik, sabar dan ceria itu hanya tersenyum beku didepannya. Yach, dibalik balutan kain putih itu Prisca seakan mendengar sosok itu berkata padanya, “aku datang prisca. Aku datang menjemputmu” Selamat jalan Fariz. Selamat jalan sayang. Kau benar-benar menepati janjimu meski kamu sebenarnya ngak sehat. Bagiku ini adalah duka yang akan Prisca selalu kenang.

Kamis, 09 April 2009

KERTAS PR RASTY

Kegembiraan keluarga Rasty kembali hilang. Semangat hidup Rasty yang beberapa hari lalu terlihat hidup kini kembali redup. Kembali ke Rasty yang selalu murung, selalu menyendiri dan Rasty yang hanya bicara seperlunya kepada Papa dan Mamanya. Seperti pagi itu. Mamanya yang seorang Sekretaris di sebuah perusahaan ternama kembali melihat Rasty bangun pagi dengan muka kusut nan sembab. Berkas-berkas kantor yang sudah di bawahnya kembali di simpan diatas meja. Naluri keibuannya mendorong sang mama menghampiri Rasty. Putri tunggalnya itu. “Rasty, sayang. Ada apa lagi sekarang?”, dengan lembut mama Rasty bertanya pada anaknya itu. Rasty hanya diam. Bahkan kembali tertunduk dengan mata berkaca-kaca. Sedih banget. “Ayo dong sayang. Gimana mama mau tahu masalah kamu kalau kamunya hanya diam gitu?”. “Ma……….”, keluhan yang nyaris tak terdengar keluar dari bibir merah Rasty. “Kertas PR Rasty mana?”. Mama Rasty tertegun. Dia ngak menyangka barang yang dicari oleh putrinya itu hanya selembar kertas. Bukan barang mewah ataupun karena pengen di ajak jalan ketempat-tempat rekreasi. “Kalau cuman kertas nanti mama beliin yang banyak”. “Mama….., Rasty pengen kertas itu. Bukan minta dibeliin yang baru”. Sentak Rasty kesal lalu lari masuk kedalam kamarnya. Sayup-sayup mama Rasty mendengar suara tangis dari Rasty. Mama Rasty jadi penasaran. Ada apa sih dengan kertas PR itu? Kok Rasty merasa kehilangan banget. Apa mungkin di kertas itu ada nomor ponsel pacarnya? Atau nomor Pin atau nomor-nomor penting yang lain. Pagi itu terpaksa mama Rasty ke kantor dengan pikiran yang kusut memikirkan kondisi buah hatinya yang tercinta. *** Rasty jatuh sakit. Hari itu terpaksa mamanya datang langsung kesekolah Rasty. Mama Rasty ke SMP Harapan Bangsa untuk izin pada Bu gurunya. Rasty demam tinggi. Putri kesayangannya sempat mengigau dan hanya tergolek lemah dalam kamar. Hati Mama Rasty jadi bingung. Terlebih Papa Rasty masih dinas di luar kota dan belum tahu kondisi putrinya itu. Ungtunglah dokter kenalan mama Rasty segera datang. Dan memberi obat buat menurunkan panas Rasty yang tinggi. “Gimana keadaan Rasty, Dokter?”, Tanya mama Rasty ngak sabaran pengen tahu kondisi putrinya. “Tenang aja, Bu. Rasty ngak apa-apa kok. Setelah obat itu bekerja maka panas Rasty akan turun. Dia cuman kelelahan dan banyak pikiran”. “Terima kasih banyak, Dokter”. Mendengar dokter bilang kalau Rasty baik-baik saja membuat hati mama Rasty sedikit tenang. Tak lama kemudian dokter Rizal pamit pulang. Tinggal Rasty dan mamanya yang dengan setia duduk di pojok tempat tidur. “Kamu dah baikan Rasty?”, “Masih sedikit pusing, Ma”. Suara merdu Rasty masih terdengar serak. Entahlah sebenarnya pikiran apa yang membebani pikirannya itu. “Ceritakanlah ke mama, N+ak. Sebenarnya ada apa? Kalau mama bisa Bantu nanti mama usahakan”. “Benarkah itu Ma……….”, secercah sinar harapan kembali menyala di bola mata indah Rasty. “Iya, Sayang. Apapun itu!” “Ma….Rasty cuman pengen kertas PR Rasty ketemu. Cuman itu” “tapi, Sayang. Mungkin mama udah buang ketempat sampah. Bersama berkas-berkas bekas mama”. “Rasty cuman mau kertas itu, Ma. Bukan minta di beliin barang mewah atau yang lainnya”. Rengek Rasty manja. Hati mama yang mana yang tidak akan terenyuh mendengar permintaan putrinya yang teramat sederhana seperti itu. Saat itu juga mama Rasty berjalan menuju ujung kompleks. Disanalah kemarin dia membuang tumpukan kertas-kertasnya. Moga aja kertas PR rasty masih ada disana. Panas mahatari yang siang itu teramat terik tidak diperdulikan oleh mama Rasty. Tak mengenal jijik mama Rasty terus mengorek-ngorek gundukan sampah. Akhirnya kertas yang dicari ketemu juga. Kertas PR Rasty. Sekilas mama Rasty memperhatikan kertas yang sudah lusuh itu. Tak ada yang aneh disana. Hanya lembar jawaban Rasty yang sudah dicoret-coret oleh gurunya. Bergegas mama Rasty pulang ke rumah dan memberikan kertas itu kepada Rasty. “Makasih banyak Ma…….” Teriak Rasty girang melihat kertas PRnya kembali. Seperti memeluk benda yang teramat berharga Rasty terus mendekap kertas itu. Hal ini membuat mamanya jadi penasaran. “Rasty, sebenarnya ada apa dengan kertas PR itu sayang. “ “lihat…… Ma. Lihat dan baca tulisan kaki ini”, Rasty kemudian menunjukkan catatan kecil yang ditulis oleh gurunya di halaman bawah kertas. Semua orang adalah cerdas. Termasuk kamu Rasty. Itu kalau kamu mau menghargai dirimu sendiri. “Kata-kata dari guru Rasty ini yang membuat kertas ini teramat berarti buat Rasty, Ma. Kata inilah yang memnbangkitkan semangatku, menumbuhkan percaya diriku yang kadang hilang. Aku mulai sadar. Sebodoh apapun, sejelek apapun, atau semiskin apapun kita kudu menghargai diri. Termasuk orang lain”. Mata mama Rasty berkaca haru. Benar kata guru Rasty. Betapa perlunya menghargai diri dan orang lain sekecil apapun itu. Hal yang jarang mama Rasty ajarkan kepada putri tunggalnya itu.

Selasa, 07 April 2009

PESONA TIGA DARA

PESONA TIGA DARA Siapa yang tidak kenal dengan Rio Febrian? Bintang kelas di SMP Tunas Bangsa Makassar. Selain jago di lapangan basket dia juga tajir. Ngak salah dong kalau dia bisa aja gonta-ganti gandengan sesuka udelnya dia. Entah karena keturunan atau emang dah jadi sifatnya dia. Sekarang aja sudah ada tiga gadis cantik yang masuk daftar DPO-nya (Daftar Pencarian Ogut). Ketiga dara yang jadi incaran Rio emang punya ciri khas yang unik. Makanya Rio pun jadi bingung sendiri harus pilih yang mana. Ngak kehitung lagi cara –cara jitu yang Rio lakuin. Mulai yang berbau klinik sampai yang berbau ilmiah. Dari tanah abang sampai tanah angke. Mulai dari cara kocokan ala arisan ibu-ibu sampai berguru di paranormal kondang. Semuanya dah dia lakuin abis-abisan!!! Rio sangat setuju dengan penjelasan gurunya beberapa hari yang lalu. Kata gurunya orang tuh kudu memilih orang berdasarkan bibit, bobot dan bebetnya. Nah nasehat itulah yang kini dipraktekkan oleh Rio. Karena itu Rio pengen memilih satu diantara tiga dara. Irene Jaisan, Hazizah Kudriah, dan Catrine Nadya. Menyebut ketiga nama itu pasti kita dah bisa nebak kayak gimana sih cewek itu. Irene Jaisan adalah cewek berdarah Tionghoa yang juga skull di SMP Harapan Bangsa. Sama dengan Rio cuman beda kelas. Orangnya cantik, imut, periang dan yang membuat Rio kesemsem abis adalah lirikan mata sipit Irene yang seksi abiz. Azizah kudriah adalah cucu dari seorang mantan diplomat negeri arab. Kulitnya eksotik, matanya bulat indah, hidung mancung dan bibirnya merah abiz. Azizah ngak sekolah ditempat Rio. Tapi hampir tiap hari gadis berjilbab itu lewat depan kampus Rio. Yang membuat sifat play boy Rio jadi terusik adalah sikap tenang nan anggun Azizah yang berbalut seragam muslimah. Cantik banget deh. Catrine Nadya juga gadis balsteran juga. Indo gitu. Dalam tubuh tinggi semampai catrine mengalir darah Italia. Tak salah dong kalau rambutnya pirang alami, hidungnya mancul dengan bola mata kebiruan. Wih, boneka Barbie begitu Rio menyebut gadis yang satu itu. Cara bicaranya yang kecinta lauraan membuat rio klepek-klepek ngak tahan. Rio kenal dengan gadis bule itu di sebuah kompetisi basket. Saat itu Rio sebagai kapten tim basket dari skul SMP Tunas Bangsa. Catrine sendiri adalah tim cher dari tim lawan. Saat itulah terjadi cinlok diantara mereka berdua. Klop deh jadinya. Sebenarnya dalam kamus Rio bukan cuman ketiga cewek itu. Namanya juga playboy. Tetapi ketiga dara itulah yang menempati rating tertinggi dalam target buruan Rio saat ini. Jurus pertama yang dilakuin Rio adalah mengirim surat perkenalan ke mereka. Tentu didalamnya udah di sisipin puisi-puisi gombalnya. Pucuk dicinta ulampun tiba. Ternyata pancingan Rio berhasil. Ketiga dara itu memberi signal setuju pada Rio. Tak mau buang-buang kesempatan, Riopun mengajak ketiga dara itu untuk hangout ditempat pavorit mereka nantinya. Aneh bin ajaib. Ketiga dara itu menyanggupi ajakan Rio dengan syarat ketemuan di café Marina. Tepatnya tanggal 14 April nanti. Rio sempat bingung. Kok bisa-bisanya mereka kompak janjian ditempat yang sama? Apa mungkin ketiganya sudah saling kenal? Dan pengen menjebak Rio secara berjamaah? Tapi Rio ngak yakin. Ketiga gadis itu ngak ada bukti akurat kalau sudah pada kenal. *** Café Marina. Tempat yang ternyata nyaman banget buat hangout bareng teman. Cukup lama Rio mencari tempat itu. Setelah mutar-mutar kota dan bahkan nyasar sampai ke ujung kota barulah tempat itu ketemu. Tepat jam tujuh malam Rio udah nongol depan café. Rio jadi bingung sendiri. Gimana mencari gadisnya ditengah keramaian seperti itu. Kayak kondangan di kampung. Bising banget. Tiba-tiba ponsel keluaran terbaru milik Rio berbunyi. Rupanya ada tiga sms yang bersamaan masuk. • Sent: +6285299664969 Message: Rio, aku tunggu dimeja 15.by Irene. • Sent:+6585299698089 Message: Aku ada di dalam café. Masuk aja. Tungguin aku dipojok yach. Aku ke WC dulu. By Catrine • Sent:+6281241933662 Message: Aslm. Kalau dah datang tungguin aku di dekat lampu kristal. Bentar lagi aku nyampe. By Azizah. Wasalam Rio kelimpungan. Ternyata tiga dara itu mau ketemuan pada waktu dan tempat yang sama. Gimana cara ngaturnya biar ngak tabrakan kayak gini? Rio makin pusing mikirnya. Pasrah Rio masuk kedalam café. Mata Rio terus jelalatan mencari meja 15 seperti yang dijanjikan oleh Irene. Benar saja. Dimeja itu Irene dah duduk manis menunggunya. Lambaian tangan Irene membuat Rio terbuai. Seperti kerbau yang hidungnya dah dicocok Rio terus melangkah ke meja Irene. Rio belum sadar kalau meja 15 tepat berada di pojok café dan di bawah lampu kristal. “Dah lama Irene?”, sapa Rio gugup. Rupanya orang sekelas Rio masih kenal kata nervous didepan cewek cantik. Maklumlah. Irene adalah sosialita di Skullnya. “Lumayan sih. Mana bodyguard kamu? kok sendiri aja nih”. Kedipan mata Irene membuat Rio makin kikuk aja. Dugaan Rio ngak salah. Ternyata ketiga dara itu ternyata dah saling kenal. Tak lama setelah Rio duduk dikursi dekat Irene muncullah Catrine dan Azizah. Sekarang di depan Rio berjejer tiga dara dengan kecantikan masing-masing. “Rio, kami tak ada niat apa-apa. Kami cuman pengen memberi kamu shock terapy biar sifat playboy kamu itu berkurang dikit”, Azizah si gadis arab menjadi jubir kandidat yang lainnya. “Jadi……….”, jawab Rio tergagap lagi. “Yah. Kami bertiga mulai akrab setelah sadar menjadi target gombalan kamu. Akhirnya kami sepakat melakukan ini semua. Kamu harus sadar Rio. Tidak ada perempuan yang mau dikadalin ama buaya darat kayak kamu”. Jawab catrine dan Irene seperti dikomando. Malam itu, Rio benar-benar mendapat pelajaran baru. Syukur-syukur ketiga cewek itu masih kepengen sahabatan dengan Rio. Duh, emang bisa burung Kasuari, burung Elang, burung Onta dikadalin. Ngak bisa kaleee……..

Senin, 30 Maret 2009

CINTA DI LANTAI DISKO

“What?!” mata bulat Jennifer membelalak kaget mendengar celoteh teman-temannya. “Onde mande. Iyyo, Jenny. Ini demi kekompakan kelompok kito.” Tegas Deswita yang diiyakan oleh yang lainnya. “Aduh, kalian benar-benar udah gila yah!. Kalian pikIr pake otak deh. Mau gue simpan dimana muka ini kalau semua orang tahu Jennifer si gadis smart n cantik ikut-ikutan acara kontak jodoh segala”. Jennifer benar-benar ngak habis fakir dengan jalan pikiran Deswita, Pongky, Leni dan Yoga. Teman karibnya itu. “ya ella…. Jenni. Kita itu niatnya baik sama kamu. Secara nih ye. Biar kita kompakan. Apa……..apa kamu ngak risih kalau kami semua dah punya gandengan kamunya masih sendiri gitu??” “Iyyo, Jenni. Benar kata Leni barusan. Biar kita kompak gitu.” “Heee…. Kalian dengar yah. Soal pacar-pacaran itu ngak perlu dijadikan prestasi. MURI ngak bakalan ngasih penghargaan. Biasa aja kali!. Yang kudu dibanggain itu adalah prestasi dan karya kita. Heran deh gue. Kok bisa-bisanya punya sobat kayak kalian gini”. Sepanjang jalan lorong dari sekolah menuju angkot diisi perdebatan Jennifer dengan keempat rekannya itu. Hari itu Jennifer belum tumbang untuk dipengaruhi segera punya pacar. Masih lama kale… *** Jennifer benar-benar bingung dengan hari itu. Sepertinya dia masuk acara “hari yang aneh” kayak di TV itu. Kenapa semuanya jadi aneh. Tadi sepulang sekolah teman-temannya kebelet banget maksa Jennifer segera punya momongan eh gandengan. Pulang sekolah tadi belum sempat ngapa-ngapain bokap dah nyuruh ke ujung kompleks beliin voucher pulsa. Capek deh. Ternyata kesialan-kesialan itu belum tamat dan ngak mau jauh dari Jenni. Sampai ditempat penjualan voucher bukannya langsung dilayanin layaknya pembeli adalah ratu eh malah ditanya ini ditanya itu. Kayak selebriti aja. Pulangnya, duh mimpi apa Jennifer semalam. Sebuah sedan yang ngebut ugal-ugalan membuat genangan air kotor sukses nempel di muka dan bajunya. Brurr ………. “Hoii……kalau nyetir lihat-lihat dong. Ngak lihat apa gadis cantik gini kecipratan air kotor. Sial banget deh aku”. Tuding Jennifer dengan rasa kesal yang membuncah. Hari yang benar-benar aneh buat Jennifer. Rasanya dia malas banget sekedar keluar hari itu. Meski diluar kacenya teriak-teriak ngajakin main game kesukaannya. Ditambah lagi nyokap yang lalu lalang kayak setrikaan kepanasan didepan kamar. Hujan yang mulai turun malah membuat jennjifer larut dengan keasyikannya. Melamun deh. “Benar juga kata teman-teman. Hari gini belum punya pacar?” Jennifer jadi bengong sendiri “Tapi untuk apa juga maksain diri nyari pacar. Ungtungnya apa coba. Gue ngak mau seperti deswita. Pagi ini ceria karena jadian. Sorenya sesunggukan karena putus. Gue juga ngak mau seperti leni. Maksa-maksain diri dandan demi tampil cantik depan gebetan. Ujung-ujungnya muka makin rusak gitu. Terlebih seperti Pongky atau Yoga. Abis-abisin uang buat beliin pulsa pacar. Capeeek deehh. Tok…….tok…… Ketukan dipintu membuat lamunan Jennifer buyar. “siapa sih” ngak tahu apa gue lagi suntuk”. Gerutu Jennifer lalu bergegas membuka pintu. “sorry dory non jenni. Simbok mengganggu neh.”senyum renyah mpok maryamah malah garing dimata jenni. Dah tahu orang lagi bete eh malahmamerin giginya yang tinggal hitunga jari. “ Ada apa sih mbok. Kan aku dah bilang. Kalau lagi semedi dalam kamar jangan diganggu”. “Saya tahu, Non. Tapi ini important sekali” wih,Pembokat yang satu ini. Sok-sok English segala lagi. Udah tahu salah. Ngotot lagi!!!.payah… “Huh, cepetan deh bilang. Ada berita apa?” “Itu non. Di taman depan ditungguin sama teman-temannya”. “Siapa?” jidat Jennifer berkerut heran. Perasaan hari ini dia ngak janjjian dengan siapapun. “ Ngak tahu juga non. Yang saya tahu ada dua girls plus 2 men”. “Oh….” Ngak salah lagi. Pasti deswita, leny, yoga dan pongky. “Ya udah. Gue ganti baju dulu. Tnaks yach mbok atas infonya”. Pembokat sok modern itu masih mematung depan pintu Jennifer. Dasar pembokat mata duitan. Pasti dianya ngak bakalan pergi sebelum mulutnya disumpal dengan uang ribuan. “Pergi sana !” sungut Jennifer boring. *** Hari itu Jennifer benar-benar pasrah. Dia ikutan aja apa maunya teman-temannya itu. Percuma juga dia membantah. Aturan tak tertulis kalau satu lawan empat maka ngalah deh yang buncit. “ Pokoknya sebelum matahari tenggelam kamu harus dandan kayak kami ini”. “Iyyo, Jenni. Yang cantik, yang wangi, kayak kami-kami ini nih”. “ Ala …..untuk apa sih?, lihat deh penampilan kalian. Norak tau!kayak banji-banji jalanan aja deh”. “Ya ellah. Tak usah banyak bacot deh. Pokonya dandan. Kamu tunggu disini. Titik ”. *** Dengan menumpang sebuah taksi, malam itu Jennifer dan teman-temannya melaju ke pusat kota . Yang pasti tempatnya hangar binger. Secara nih ye. Jennifer belum pernah dugem seperti ini. Apalagi…… “Jenni, ini namanya diskotek. Malam ini ada event special yang diadain oleh pihak penyelenggara. Tahu ngak. Anak si pemilik acara ini akan memilih pacar pertamanya loh”. “Ya ampun. Jadi ini rencana kalian. Kalian piker gue ini cewek apaan?”. Jennifer benar-benar kesal dengan jalan pikiran teman-temannya. Rasanya pengen nangis dan pengen ngamuk seandainya ngak malu dilihat orang. Malam itu entah sampai jam berapa lima sekawan jingrak-jingrik mengikuti irama musik. Lalu sampai akhirnya cowok keren yang dibilang leni tadi muncul diatas panggung. Tiba-tiba suasana jadi hening. Semuanya focus kepanggung dimana berdiri sosok tampan dengan muka chubby-chubynya. Tipe Jennifer banget. “Baik teman-teman semua. Malam ini adalah malam spesialku. Malam ini untuk pertama kalinya saya akan mencari pacar”. Cowok yang mirip pemain sepakbola itu benar-benar menhipnotis Jennifer yang sok jomlo. “Tanpa intervensi siapapun gue dah putusin. Moga aja gadis pilihan saya ini belum punya gandengan.” Sesaat cowok cakep itu diam sambil melempar pandangan keseluruh pengunjung. Semua deg-degan. Termasuk deswita dan leny yang siap layanin “gugatan putus” ke pacar-pacarnya kalau pilihan itu jatuh kedia. “…….gadis pilihan saya itu adalah……..” “Rambutnya indah tergerai, memakai bandana, dengan lukisan henna ditangannya. Malam ini pilihanku jatuh kekamu gadis cantik!!”, dengan sangat jelas cowok itu menunjuk kearah Jennifer. Ngak salah lagi. Sorak-sorak pengunjung menjadi tanda resminya Jennifer melempar status jomlonya.ternyata dibalik semua keanehan itu ada sejuta kejutan yang luar biasa.

PRAHARA DI TOILET MALL

Mataku terus menatap sepasang Ikan Bitte yang lagi bercumbu di dalam topleks acar yang kusulap menjadi akuarium mungil. Sesekali mulut Ikan- Ikan kecil itu bercuap-cuap dan mengarah padaku seakan berkata, “Oii……gadis cantik! Jangan tatap gue dong. Malu deh pacaran Di intip-intip gitu!”. Ah, dasar ikan. Semua orang ngak tahu apa yang sedang membuatku puyeng tujuh keliling. Termasuk kedua ikan itu ngak tahu. Ah……aku belum bisa melupakan kejadian yang menjengkelkan tadi siang. Niatku jalan-jalan ke Mall untuk melepas semua beban malah numpuk beban baru lagi. Ngak sengaja aku liat Rivaldo keluar dari tolilet Mall. Kalau keluar dengan cewek sih mungkin rasa kesalku ngak amit-amit kayak gini. Tapi yang aku lihat dia keluar dengan bergandengan tangan dengan seorang cowok yang cakepnya minta…..ampun!. Wih, jeruk makan jeruk gitu deh. “Aduh……..Brenda. Udah deh. Jangan diambil hati. Lagian belum tentu juga Rivaldo cowok gituan”. Tak sadar Cristin sudah berdiri disampingku. Tepukan halus tangannya dipundakku membuatku kaget sesaat. “Kamu ngak lihat Rivaldo sih, Cris. Dia itu keluar dari toilet Mall sambil pegangan tangan. Mesrahhhhh banget!”. Untung saat-saat kritis seperti itu Cristin hadir memberikan pundaknya tempatku bersandar pasrah. “Udah deh. Gini aja. Gimana kalau kita selidiki Rivaldo. Kalau perlu kita libatkan tim Termehek-Mehek atau tim orang ketiga. Yach…… untuk ngebuktiin kecurigaan kamu itu. Gimana? Mau ngak?” “Apa perlu gitu?” jawab Brenda merasa ngak yakin dengan ide Cristin. “Kita coba aja dulu. Pokoknya besok kita ikutin kemanapun Rivaldo pergi. Pokoknya nih mulai dia bangun tidur sampai kembali tidur lagi. Kita terus pasang mata gitu. Gimana?” “Ihh, capek deh. Masa biar Rivaldo mau pipis aja kita pelototin juga.” “Ya ampun, Brenda. Siapa juga yang bilang gitu. Yach ngak lah. Maksud aku tadi kita tuh ikutin aktifitas Rivaldo. Dipa pergi kemana. Mau kemana dan ketemu dengan siapa aja”. “Ohh…….” Mulutku membulat membentuk huruf bundar itu. Ah memang Cristin sahabatku yang paling baik and pengertian akan kegundahan hatiku. Hari itu dengan hati sedikit lesu kami melangkah pulang ke rumah untuk menyusun strategi perang buat besok minggu. *** Panas, debu, dan keringat yang membanjir membuat niatku nyelidikin Rivaldo mulai goyah. Rasanya gue dah nyerah deh. Udah beberapa jam aku dan Cristin duduk didepan rumah Rivaldo seperti orang bodoh. “Sabar dikit kenapa she, Brenda. Bentar juga Rivaldo keluar sarang”. “Iya tapi sampai kapan? Duh…..capek banget nih. Kamu juga sih. Buru-buru kayak gini makanya pake deororanpun kelupaan. Mana panas banget. Keringat juga kayak banjir bandang nih”. Ketekku benar-benar basah saking panasnya. Hari itu andai bukan gue yang punya urusan udah sejak tadi aku cabut dari tempat menyebalkan itu. Fiuh…… Benar juga kata Cristin barusan. Pagar besi rumah Rivaldo perlahan terbuka. Rivaldo tampak makin gagah di atas motor gedenya. Rupanya cowok itu ngak sadar kalau dekat rumahnya ada dua pasang mata indah lagi membelalak mengawasi gerak-geriknya. “ Cepatan dong. Kok bengong aja. Tuh Rivaldonya dah berangkat. Tunggu apalagi. Yuk kita ikutin dia”. Cristin mengagetkan saya yang sempat bengong tak tahu harus berbuat apa. Gelagapan saya segera terbang keatas sadel motor yang dikendarai Cristin. Cukup lama juga Rivaldo mutar-mutar di ruas jalan kota Makassar . Tak lama kemudian motor gede yang dipakai Rivaldo memutar masuk ke sebuah lorong gang. Belok kanan, belok kiri, lalu lurus sebentar dan belok lagi. Lagi-lagi belok lagi. Entah berapa kali. Yang pasti seperti ular yang berkelok-kelok. Didepan sebuah rumah yang bergaya toraja motor Rivaldo berhenti. Dari jarak yang ngak begitu jauh kulihat sosok yang tempo hari aku lihat jalan bareng bersama Rivaldo di toilet Mall. Cowok yang kerennya minta ampun itu menghampiri Rivaldo. Rasanya sepasang kupingku terbakar abis melihat kedua cowok itu ngobrol dengan mesrahnya. Duh, rasanya gue ngak tahan. Apa yang aku dan Cristin lihat kemudian? Rasanya petir Dewa ZEUS udah menyambar abis aku saat itu. Dengan santainya dua mahkluk yang sama-sama cowok itu cipika-cipiki. Pengen rasanya gue remezz abis Rivaldo. Bisa-bisanya dia tinggalin cewek bahenol kayak aku hanya demi seorang cowok. Atau jangan-jangan aku selama ini hanya dijadikan topeng pelindung dengan sifatnya yang gituan? Entahlah. “Cris……….” Mulutku ngak bisa berkata apa-apa lagi. Apa yang gue lihat benar-benar menyakitkan hati. Duh rasanya tanah becek yang aku injak udah terbang berhamburan. Tubuh sintalku tiba-tiba limbung. Untung Cristin dengan cepat membopong tubuhku agar tak jatuh bedebuk di atas tanah. “Kuatkan hatimu, keraskan taimu Brenda. Pokoknya kita lihat apa sebenarnya yang terjadi. Kalau memang Rivaldo adalah cowok yang seperti yang kita duga maka kamu harus tabah putus dengan dia” “Cris, tapi kenapa harus Rivaldo?” “ Udah deh. Lihat mereka. Mereka berdua mulai berangkat tuh. Yuk kita samperin aja sekarang”. Aku dah terlanjut iffill dengan Rivaldo. Pokoknya hari ini juga aku harus ucapin good bye Rivaldo. Ternyata kamu bukan cowok yang cocok buat aku. *** Ombak sesekali memecah Pantai Losari. Tempat itu benar-benar romantis bagi sepasang kekasih yang memadu kasih. Ditempat itulah Rivaldo menghentikan motornya. Sangat jelas dimataku kalau Rivaldo menggandeng tangan cowok itu menuju sebuah warung jagung bakar yang berjejer dipinggir pantai itu. Tanpa pikir panjang lagi aku langsung datangin tempat itu. Kedatanganku yang tiba-tiba membuat Rivaldo kaget sesaat. Tapi aku ngak peduli lagi. Dimulutku sudah beribu-ribu kata yang siap aku semprotkan. “Oh…..jadi ini jawaban kamu. Kenapa selama ini kau mulai dingin kepadaku” “Dengar dulu Brenda. Kamu jangan salah paham dulu dong”. “Ngak perlu kale. Semua udah jelas. Jadi ini nih penyebab semua ini?” cowok yang berdiri disamping Rivaldo gelagapan kutatap penuh emosi. Pengen rasanya gue karate kedua cowok yang memuakkan itu. “Brenda…. Ini Simon. Sepupuku yang baru tiba dari luar negeri. Wajar dong kalau kami lepas kangen”. “Hah?! Sepupu kamu?”, aku dan Cristin masih ngak percaya dengan penjelasan Rivaldo. Iya sih. Setelah kuperhatikan lekat-lekat ada kemiripan diantara mereka. Cowok yang bernama Simon itu kulitnya sedikit lebih bening. “Benar kok Brenda. Rivaldo sepupu saya. Ngak bakalan banget kami gituan. Kami masih cowok normal kok. Lagian Rivaldo sudah cerita soal kamu ke aku. Dia cinta mati ke kamu kok. Percaya deh”. Dengan logat bahasa yang campur aduk cowok yang bernama Simon itu berusaha meyakinkan aku. Saya tak bisa berkata apa-apa lagi. Rasa malu dan senang berbaur jadi satu. Hanya tatapan mata mesrah yang bisa mengungkapkan permohonan maafku. Akhirnya Rivaldo yang kusangka terbang jauh kini kembali kuraih lagi. Terima kasih cinta.

PENGAGUM RAHASIA

PENGAGUM RAHASIA “Kamu cantik deh” Itu kalimat yang tertulis di selembar kertas yang diselip pada sekuntum Mawar. Bunga cantik itu sengaja diaruh orang didepan pintu kamarku. Entah siapa dipagi buta gini sempet-sempetnya ngirim bunga. “Mbok Tina, ini kiriman bunga dari siapa sih?”, sekuntum mawar merah itu ditaruh dalam pot mungil kristal. Bunga yang masih mekar mewangi itu sengaja kuperlihatkan kepada pembokatku. Siapa tahu aja orang kepercayaanku itu bisa memberi info orang misterius itu. “Ngak tahu juga, Non. Dari kemaren ngak ada orang yang nitip bunga ke saya. Siapa tahu mama atau papa non yang bikin kejutan?” “yah udah kalau gitu. Kirain Mbok tahu. Makasih yach. Mbok bisa lanjutin ngepelnya deh”. Bergegas kulangkahkan kaki jenjangku menuju ruang makan. Sarapan lalu cabut ke Skull. Sejak jadwal masuk sekolah dipercepat aku dan teman-teman yang lain terpaksa berangkat lebih pagi. Repot juga sih. Tapi mau gimana lagi. Ini aturan yang ngak bisa aku bantah seenak udel aku aja. *** Pengagum rahasia itu tak henti-hentinya bikin kejutan demi kejutan yang sungguh gokil dan ngak ada matinya. Siapa sih dia? Kok aku ngak bisa menebak karakter dan identitas orang itu. Bayangin aja. Kadang orangnya jadi romantis banget. Mirip orang perancis gitu. Tak kalah hebat dengan udah Faisal di senetron Suami-Suami Takut Istri. Sempat aku curiga pada Rioko. Anak baru keturunan Jepan yang menurut fealing aku sedang ada hati pada saya. Tapi ngak mungkin juga dia pelakunya. Dia anaknya ngak romantis. Orangnya kaku dan lebih intelek gitu. Atau mungkin si Topan? Raja puisi yang selalu juara dalam event-event sastra. Tapi ngak mungkin juga si Topan. Saking romantisnya dia maka kesan intelek ngak ada. Padahal belakangan ini aku sering mendapat kiriman sms dari nomor yang aku ngak kenal dengan kata-kata yang berbobot dan rada-rada intelek. Ehemm, jadi bingung juga mikirnya. “Hoi, melamun aja nih. Nanti kesambet Jin Jomloh loh!”, jentikan jemari Rianty membuatku kagok dan gelagapan. “Huh, ngagetin orang aja sih kamu. Iya nih. Aku terus kepikiran dengan orang misterius itu. Aneh banget gitu loh” “Aneh gimana? Seaneh apa sih?!”, bulatan-bulatan Bakso yang ada dibangkuk Mie tak jadi lolos masuk kedalam mulut Rianty. Rupanya cewek cantik yang setia menjadi sahabatku itu penasaran jua dengan pengalaman aneh yang aku alamin. “Tadi pagi aku dapat kiriman bunga dari seseorang tanpa nama pengirimnya. Kemarin aku dapat kiriman coklat lagi-lagi tanpa nama. Nah sekarang aku di teror dengan sms-sms yang bernada memuja dengan bahasa kelas professor. Dan aku yakin banget kalau pelaku dari semua ini adalah orang yang sama”. “ Kok kamunya bisa yakin kalau orang yang sama?” “Gimana ngak yakin. Coba kamu pikir sendiri deh. Setiap orang itu bikin kejutan baru pasti dianya selalu bertanya. Gimana kesan aku dengan ulah sebelumnya. Menurut kamu nih siapa yang patut aku curigai?”. Baru kali ini aku dibuat kelimpungan dengan orang yang tidak aku kenal. Secara nih yee. Diskull aku dikenal sebagai “detektif dadakan”, tak jarang pula aku dijuluki “ elza syarif masa depan” karena kelihaian aku bercuap-cuap dalam mengungkap fakta. “Kamu ada curiga sama seseorang ngak?”, Tanya Rianty balik. “Hem, gimana yach. Cuman aku ngak yakin juga sih 1000 %. Bisa aja Rioko, Topan, Jaka, prabu atau yang lainnya. Mereka punya peluang melakukan itu”. “Iya juga sih. Kalau menyimak ceritamu dari awal tadi memang mereka ngak punya alasan yang kuat. Ngak ada yang bisa romantis sekaligus intelek dan juga alim” “Atau mungkin……..” Dentang tanda masuk kelas terdengar berbunyi. Pembicaraanku dengan Rianty terpaksa di pending dulu. Satu yang pasti adalah pelajaran terakhir ini pasti ngak ada yang nyagkut di kepalaku. Pikiranku hanya fokus dengan pengagum rahaia itu. Siapa sih kamu?..... *** Aneh bin ajaib. Sejak pemuja rahasia itu terus mengirimkan signal-signal cintanya, kehidupanku terasa bergairah. Kadang aku sendiri ngak habis pikir. Kok bisa yach. Ngak pernah aku jatuh cinta pada seorang cowok yang efeknya ruarrr biasa seperti ini. Nafsu makan bertambah Tidur jadi nyenyak, pengen selalu dandan dan bahkan jadi artis dadakan kamar mandi. Dan yang mengagumkan aku makin semangat kesekolah. Hari minggu, kuhabiskan waktuku bercengkerama dengan bunga-bunga yang tumbuh di halaman rumah. Jujur sih aku jarang bersua dengan tanaman cantik itu. Selama ini hanya Budy, tukang kebun keluargaku yang merawat mereka. Tapi pagi itu, aku belum juga melihat Budy di taman. Biasanya jam segini cowok hitam manis itu pasti lagi menyiram bunga. Saya dah nyari-nyari keberadaannya. Bahkan seluruh taman yang ngak begitu luas dah aku sisir tapi ngak juga ketemu. Iya sih. Budy orangnya dikit pemalu. Ketemu pandang dengan aku aja pasti tertunduk malu. Seperti putrid maslu gitu. Tapi orangnya asyik diajak ngobrol kok. Dia sopan dan ngak malu-maluin di ajak ketempat arisan. Tiba-tiba aku merasa ada kekuatan magis yang menuntun langkahku menuju pojok taman. Benar saja. Budy ada disana. Dibawah pohon palm Budy sedang jongkok membelakangi saya. Dengan rasa penasaran aku terus perhatikan kelakuan Budy. Sedang apa dia. Rupanya Budy sedang asyik dengan Ponsel ditangannya. Sempat pula aku lihat sekuntum bunga melati disampingnya. Kring……kring….kring…….. Nada sms yang tiba-tiba bunyi di kantong bajuku membuatku kaget. Dan ternyata suara itu membuat Budy tak kalah kagetnya dengan aku. Untuk menutupi rasa maluku karena ketahuan mengintip kualihkan dengan pura-pura membuka pesan sms Kamu makin cantik ditengah-tengah lautan bunga……… Aku terpana! Aku melongo tak percaya! Pengagum rahasia itu adalah………….Budi!!!!