Rabu, 10 Juni 2009

HARAPAN OMA GASTAN

HARAPAN OMA GASTAN Sore itu, temaram senja memantul indah bibir Pantai Losari. Sengaja sepasang kaki telanjangku kusibak-sibakkan di atas permukaan ombak. Suasana hening kala itu. Hanya keciprat air dan deru ombak yang saling memadu indah. Sunguh romantis bersama seseorang disamping kita. Sesekali kucuri pandang pada Gastan. Cowok blasteran makassar-bolivia-cina-jepan dan entah apa lagi yang juga tertunduk diam. Aku tahu dihatinya ada luka yang menggelayut. “Sebenarnya apa kekuranganku, Res?”, suara lembut seksi khas Gastan kembali menyapa telingahku. Aku kembali menarik nafas panjang. Mataku kembali kulempar ketengah laut yang ada didepanku. Aku tak bias menjawab tanyanya saat itu juga. Hatiku hanya berbisik. Kamu tidak kurang apa-apa kok. Malah bagiku kau begitu nyaris sempurna dimataku. Kamu cowok tipe aku banget. Secara fisik cewek mana yang ngak suka cowok yang tinggi ideal sepertimu (apalagi kalau cewek matre). Kulit bersih, senyum menawan dan sikap yang tak kalah santunnya. Pokoknya semua yang cewek suka pada seorang cowok ada sama elo. Pesona ragawimu nyaris sempurna. Aku akui itu! “Dimataku kau laki-laki sempurna, Gastan” “lalu, kenapa kau gantung aku?” “Tidak, Gas. Aku udah punya prinsip. Aku udah putusin dan saya harap kau mengerti alasanku” “Tapi kenapa, Res?, aku tak pernah mendengar alasanmu menolakku”,gastan terus menghiba dengan nada yang menyayat hati. Mencari simpatiku. Bukan hanya Gastan yang pusing dan puyeng sebelas keliling. Aku yang merasa “dipaksa” dilibatkan dalam masalah super pelit ini mau ngak mau musti terlibat di dalamnya. Sampai saat ini aku belum bisa mengerti jalan pikiran Gastan dan keluarga besarnya. Mengapa mereka begitu berharap aku bisa menjadi pendamping hidup Gastan. Iya sih. Semua perempuan pasti nantinya membentuk rumah tangga. Married gitu. Tapi yang jadi masalah adalah aku masih bau parfum eh maksudnya bau kencur banget. Usiaku aja belum genap 17 tahun. Ngak mungkin banget aku married dalam usia dini begini. Ngak bakalan!!! “Kamu sayang Oma aku ngak?”, Gastan terus mencari-cari titik kelemahanku. Dia tahu banget kalau aku dan Omanya dekat banget.bagai panas dan bara. Bagai awan dan hujan. Hamper setiap sore aku meluangkan waktuku kerumah oma gastan. Menyisir rambutnya. Mencabut rambut putihnya yang hamper putih semua. Mencari kutu kepalanya. Dan banyak lagi yang mustinya dilakuin oleh anak atau cucunya sendiri. Oma gastanlah yang paling ngotot pengen jadiin aku penganten cucu kesayangannya itu. “Aku sayang dia, Gas. Tapi ngak mustikan dengan cara gini” “Hanya cara ini yang bisa, Res” “Kita masih muda banget. Aku masih pengen lanjutin sekolahku. .lagian kita berdua sifat kanak-kanaknya masih kental banget gitu loh. Gimana bisa membentuk keluarga?apa ngak perang dunia setiap hari. Kita tuh masih labil,Gas!” “Jangan pikirin soal materi, Res. Aku pewaris tunggal dari kerajaan bisnis perusanaan Oma. Lagian habis married nanti kamu bisa kok lanjutin sekolah kamu” Aku ngak bisa berdebat lagi. Aku kehabisan akal di hadapan gastan yang benar-benar udah kebelet pengen married. Jujur aku sayang banget dengan gastan dan keluarganya. Terlebih oma yang begitu baik padaku. Tapi akupun ngak mungkin banget lakuin pernikana dini seperti ini. Duh, betapa rumitnya masalah yang musti aku hadapin diusiaku yang masih imut-imut ini. *** Gundukan tanah itu masih basah dan segar. Aroma tanahnya masih sangatlah baru. Hanya taburan bunga-bunga yang memenuhi seluruh permukaan makam. Sesekali angin sepoi membawa aroma bunga kamboja putih yang tumbuh memagar diarea pemakaman. Kulihat Gastan masih duduk mengjongkok didepan makam itu. Wajahnya sedih menahan duka sisa semalam “Maafin aku Gastan. “ Hanya itu kata yang sempat keluar dari bibir seksiku. Akupun turut bersedih. Sedih banget. Dalam hatiku muncul perasaan bersalah. Yach, mimpi Oma Gastan tak bisa kupenuhi sampai ajal telah menjemputnya. Aku tahu. Oma Gastan pengen banget melihat cucu kesayangannya duduk bersanding di pelaminan bersama gadis pilihan hatinya sebelum ajal menjemput. Dan gadis itu adalah saya. Reski januarty. Maafin aku Oma. Maafin aku Gastan. Belum saatnya aku menikah diusia remajaku.

Tidak ada komentar: